skip to Main Content

Bersaing dengan Agregator OTA Lain, diOpentrip Sediakan Fitur Nego dan Pemesanan Jet Pribadi


Founder: Raine Renaldi
Industri: travel
Status pendanaanbootstrap

  • diOpentrip merupakan platform agregator online travel agent (OTA) yang membandingkan harga dari semua OTA yang menjadi mitra mereka.
  • Selain memiliki layanan pemesanan tiket dan hotel, diOpentrip juga memiliki tiga fitur tambahan seperti pemesanan jet pribadi, VIP Service, dan Group Booking.
  • diOpentrip pun menyediakan fitur Nego Instan dan Nego by Chat. Kedua fitur ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan potongan harga.

button ulasan startup


Ketika berencana menginap di hotel, Raine Renaldi kerap merasa kesulitan mencari harga termurah yang ditawarkan berbagai macam online travel agent (OTA). Untuk membandingkan mana harga termurah yang ditawarkan, Raine biasanya harus membuka hingga tujuh aplikasi OTA berbeda.

Jika ada aplikasi OTA yang baru diunduhnya, ia juga harus kembali mendaftar demi mendapatkan harga termurah. Hal ini membuatnya berpikir: mengapa tak membuat satu aplikasi yang mampu membandingkan semua harga dari berbagai OTA?

Karena itu, pada Oktober 2017 Raine mulai mengoperasikan diOpentrip, platform agregator OTA yang membandingkan harga dari semua OTA yang menjadi mitra mereka.

Kami merupakan one stop travel solution karena menjadi penghimpun, pembanding, dan penghubung. Kami tidak head to head melawan OTA karena kami justru menjual produk-produk mereka.

Raine Renaldi,
Founder diOpentrip
pemesanan jet pribadi diOpentrip - screenshot

Screenshot pemesanan jet pribadi diOpentrip

Lantaran menjadi agregator, diOpentrip tentunya memiliki layanan yang biasa ditemui di OTA seperti pemesanan tiket pesawat, hotel, kereta api, hingga event dan rekreasi. Selain itu, diOpentrip juga menambah tiga layanan lain yang menjadi nilai tambah di platformnya yakni:

  • Pemesanan jet pribadi: untuk layanan ini, diOpentrip bekerja sama langsung dengan vendor yang menyediakan jet pribadi. Raine mengatakan harga yang ditawarkan untuk pemesanan jet pribadi berubah-ubah. Namun rata-rata berkisar Rp200 juta untuk sekali perjalanan dengan durasi dua jam.
  • VIP Service: layanan ini merupakan fitur pelengkap dari semua layanan traveling yang disediakan diOpentrip. Dengan fitur ini, pengguna dapat memesan berbagai layanan di bandara seperti membantu proses check in, imigrasi, dan lainnya .
  • Group Booking: dengan fitur ini, seorang pengguna bisa memesan hingga full semua kursi di pesawat hanya dalam satu tiket. Raine mengatakan biasanya harus lebih dari satu tiket jika ingin memesan kursi secara full di pesawat yang sama, dan ini menyulitkan bagi mereka yang ingin pergi secara berkelompok.

Tampil beda dengan fitur Nego

Sebagai platform agregator OTA, diOpentrip tak sendirian bermain di ranah ini. Di Indonesia, ada juga beberapa platform lain yang menawarkan layanan hampir serupa seperti Wego maupun Trivago.

Karena itu, diOpentrip mencoba menawarkan sesuatu yang berbeda pada platformnya seperti menyediakan fitur Nego untuk pembelian tiket pesawat dan hotel. Untuk fitur ini, Raine mengatakan pihaknya menyediakan Nego Instan dan Nego by Chat. Nego Instan yakni dengan memasukkan kode promo yang sudah disediakan oleh diOpentrip.

Tampilan fitur Nego diOpentrip | Photo

Sedangkan Nego by Chat, pengguna bisa melakukan chatting dengan petugas diOpentrip agar bisa mendapatkan potongan harga. Dari dua pilihan Nego itu, pengguna hanya bisa memilih salah satu dan tidak bisa digabung. Lalu, berapa biasanya diskon yang diberikan oleh diOpentrip jika pengguna memakai fitur Nego by Chat?

“Itu rahasia perusahaan, tapi ada batas atas dan bawahnya. Biasanya kami tidak berikan dalam bentuk persen, tapi dalam bentuk harga. Misalnya, harga sebenarnya Rp20 juta, dengan Nego bisa jadi Rp19 juta. Kebanyakan Nego by Chat ini dipakai instansi. Tapi bukan berarti harus pemesanan dalam jumlah banyak, perorangan juga bisa,” jelasnya.

Dalam memberikan diskon lewat fitur Nego, Raine mengakui diskon tersebut diberikan dari keuntungan yang didapatkan pihaknya melalui sistem komisi. Saat ini diOpentrip melakukan monetisasi dengan sistem komisi dari mitra mereka untuk setiap transaksi penjualan tiket.

Sebagai contoh, jika untuk satu penjualan tiket diOpentrip mendapat untung Rp100 ribu, maka mereka bersedia membagi keuntungan tersebut sebesar Rp50 ribu kepada pengguna sebagai tambahan diskon. “Kami membagi keuntungannya tergantung program. Selama penetrasi pasar seperti sekarang, bisa sampai tujuh puluh persen,” ucapnya.

Tantangan mengedukasi pasar

Selama menjalankan diOpentrip, Raine menghadapi dua tantangan utama ketika mempromosikan layanan platformnya. Tantangan pertama, banyak yang belum tahu tentang platform mereka sebelum resmi dipublikasikan. Dan tantangan kedua, banyak yang menyangka diOpentrip merupakan platform OTA seperti Tiket.com, Traveloka, maupun Pegipegi.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Raine menuturkan pihaknya masih perlu memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa mereka bukanlah platform OTA, melainkan agregator OTA. Saat ini, diOpentrip sudah bermitra dengan lebih dari tujuh ratus OTA yang berada di 58 negara.

Mengenai jumlah pengguna yang mengakses diOpentrip secara online, Raine mengatakan jumlah tersebut masih terbilang minim. Saat ini mereka baru memilik sekitar dua ribu pengguna offline yang didapat dari kegiatan-kegiatan offline dengan rata-rata nilai transaksi mencapai Rp2 miliar per bulan.

“Tahun ini kami targetkan satu juta pengguna dengan jumlah transaksi sepuluh ribu per hari,” ujarnya.

(Diedit oleh Septa Mellina; Sumber gambar: Pexels)

This post Bersaing dengan Agregator OTA Lain, diOpentrip Sediakan Fitur Nego dan Pemesanan Jet Pribadi appeared first on Tech in Asia.

The post Bersaing dengan Agregator OTA Lain, diOpentrip Sediakan Fitur Nego dan Pemesanan Jet Pribadi appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: Inspirasi

Back To Top