skip to Main Content

Bersaing dengan Uprint dan Printerous, Gogoprint Resmi Masuk Pasar Indonesia


Founder: David Berghaeuser, Alexander Suess
Industri: percetakan online
Status pendanaan: tidak disebutkan

  • Startup percetakan online asal Thailand Gogoprint melebarkan wilayah layanannya ke Indonesia sejak Maret 2018.
  • Pelanggan bisa menggunakan jasa pencetakan untuk beraneka ragam kebutuhan, seperti kartu nama, brosur, dan lain-lain, yang bisa diakses melalui situs web.
  • Gogoprint juga berencana menyediakan jasa desain gratis yang bisa diakses oleh pelanggan di Indonesia di masa depan.

button ulasan startup


Harga tinggi dan produksi lambat merupakan beberapa kendala yang dihadapi para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di Thailand saat memesan produk ke perusahaan percetakan. Selain itu, perusahaan percetakan biasanya hanya memberi perlakuan khusus pada perusahaan besar yang memesan dalam jumlah besar.

Melihat masalah tersebut, David Berghaeuser dan Alexander Suess mendirikan startup bernama Gogoprint pada tahun 2015 di Thailand. Platform ini mencoba menjawab permasalahan yang ada dengan cara menghubungkan perusahaan percetakan dan konsumen secara online dalam skala nasional.

Dengan algoritme cerdas dari Gogoprint, pesanan konsumen secara sistematis dikumpulkan berdasarkan yang paling hemat biaya dan waktu.

David Berghaeuser,
Founder Gogoprint

Konsumen bisa memesan berbagai produk percetakan secara online, serta produk akan diantarkan setelah selesai dicetak. Untuk mempermudah konsumen, Gogoprint juga menawarkan beberapa fitur bagi para pelanggannya, seperti:

  • Layanan desain gratis (segera tersedia di Indonesia)
  • Template gratis yang bisa diedit
  • Tutorial
  • Pembayaran kredit bagi pelanggan perusahaan
  • Pengiriman gratis
  • Tombol reorder
Logo Gogoprint | Photo

Sumber gambar: Tech in Asia

Menurut Berghaeuser, Gogoprint ingin menyelesaikan dua masalah yang dihadapi pelaku UKM ataupun perusahaan percetakan. Dari sisi UKM, mereka bisa mendapatkan layanan dengan kualitas yang lebih baik dengan harga lebih terjangkau. Sedangkan bagi perusahaan percetakan, kinerja mesin mereka menjadi lebih efisien, baik secara waktu maupun biaya, dan mampu menjangkau pasar lebih luas.

Masuk pasar Indonesia

Pada Maret 2018, Gogoprint resmi memperluas wilayah layanannya dengan berekspansi ke Indonesia. Berghaeuser mengatakan ekspansi ini didasarkan pada dua hal: pertimbangan ekonomi dan langkah penting bagi brand Gogoprint.

“Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara. Secara umum, artinya ada potensi pasar yang besar karena negara berkembang pesat dalam hal infrastruktur.”

Pertimbangan ekonomi lainnya, kata Berghaeuser, Gogoprint melihat Indonesia sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto tercepat di Asia Tenggara. Berghauser menyebut pasar percetakan Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara, dengan nilai lebih dari USD10 miliar (sekitar Rp137 triliun) per tahun.

“Dan yang terpenting, pertumbuhan e-commerce sangat cepat dan diperkirakan mencapai USD46 miliar (sekitar Rp632 triliun) pada 2025. Indikator ini mendorong kami meluncurkan situs web di Indonesia secepat mungkin,” jelasnya.

Selama menjalankan bisnisnya, Gogoprint sudah menerima investasi yang tak disebutkan jumlahnya dari Online Printing Group (OPG) yang memang fokus berinvestasi pada bisnis percetakan online.

co-founder Gogoprint, Alexander Suess (kanan), bersama dua orang stafnya | Photo

Sumber gambar: Tech in Asia

Andalkan kenyamanan situs web

Sebelum Gogoprint masuk ke Indonesia, sudah ada beberapa platform lain yang menyediakan layanan serupa seperti Printerous, Uprint, Snapy, PrimaGraphia, PraktisPrint, maupun Prinzio. Lalu, bagaimana strategi Gogoprint bersaing dengan kompetitor?

Memiliki perbedaan itu penting, dan perbedaan utama kami ada di situs web, demikian juga dengan produk yang ditawarkan.

David Berghauser,
Founder Gogoprint

Guna menjaga dan meningkatkan kualitas situs web demi kenyamanan konsumen, Gogoprint terus berinvestasi pada sumber daya yang mereka miliki. Selain itu, mereka juga memperbanyak portofolio produknya.

“Tujuan akhir kami adalah menawarkan semua produk kustomisasi massal yang diminta oleh pasar, dan memungkinan pelanggan bisnis memesan dengan cara yang paling mudah. Fokus utama kami pada business to business juga menawarkan diferensiasi lebih lanjut dibanding kompetitor,” tuturnya.

Tantangan beradaptasi di negara baru

Ketika membuka bisnis di negara yang baru didatangi, perusahaan akan menghadapi tantangan dalam hal beradaptasi dengan budaya negara tersebut. Menurut Berghaeuser, ini tantangan terbesar yang selalu dihadapinya ketika ingin memahami kebutuhan pasar dan konsumen, dinamika dengan mitra percetakan, serta persaingan dengan kompetitor.

“Untuk memahaminya butuh waktu dan terkadang cukup rumit. Namun dengan komiten dan dedikasi, kami yakin bisa menghadapinya,” ucapnya.

Berghaeuser mengaku tengah memonitor permintaan konsumen sebelum meluncurkan layanan khusus yang kira-kira bisa menjawab kebutuhan tersebut. Menurutnya, masukan dari konsumen sangat berharga dan ia akan melakukan tindakan setelah mendengar masukan tersebut.

Adapun hingga kini Gogoprint belum memiliki rencana menghadirkan platform mereka dalam bentuk aplikasi, karena basis pelanggan mereka merupakan konsumen B2B yang cenderung membeli produk melalui situs web versi desktop. Namun ia tak memungkiri kehadiran situs web mobile sangat penting di Indonesia agar calon konsumen mengetahui layanan mereka.

(Diedit oleh Iqbal Kurniawan, Sumber gambar: TechCrunch)

This post Bersaing dengan Uprint dan Printerous, Gogoprint Resmi Masuk Pasar Indonesia appeared first on Tech in Asia.

The post Bersaing dengan Uprint dan Printerous, Gogoprint Resmi Masuk Pasar Indonesia appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: Inspirasi

Back To Top