skip to Main Content

Growpal Tawarkan Investasi Perikanan Laut dengan Margin Lebih dari 35%


Founder: Paundra Noorbaskoro dan Ahmad Rizqy Akbar
Industri: fintech
Status pendanaan: bootstrapping

  • Growpal merupakan layanan yang menghubungkan antara investor atau pemilik dana dengan petani ikan yang membutuhkan modal.
  • Sebagai platform yang mengelola dana investasi Growpal menargetkan di akhir 2017 sudah terdaftar di OJK

button ulasan startup


Berawal dari pengalamanya mengikuti berbagai kegiatan dosen di kampus selepas melanjutkan pendidikan di University of Hawaii, Paundra Noorbaskoro menyadari bahwa potensi perikanan laut di Indonesia sangat besar. Paundra yang juga memegang ijazah sarjana Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, kemudian membangun startup bernama Growpal bersama Ahmad Rizqy Akbar yang kini menjabat sebagai CEO sekaligus Co-Founder.

Dari pengalamannya tersebut, Paundra menuturkan Growpal didirikan karena melihat adanya masalah permodalan pada banyak petani ikan. Mereka umumnya hanya memiliki tambak yang termasuk dalam kategori unsecure loan sehingga tidak bisa dijadikan sebagai jaminan. Hal ini berbeda dengan peternak, yang memiliki bangunan sebagai kandang sehingga bisa dijadikan sebagai jaminan.

Growpal | Screenshot

“Saya lihat potensi perikanan itu besar. Sebagai ilustrasi, satu benih udang itu harganya cuma Rp40. Nanti kalau sudah panen dalam waktu empat bulan, satu ekor itu harganya bisa Rp3.000. Ada margin sekian banyak. Intinya, potensinya banyak tapi petani ikan enggak bisa akses (permodalan),” ujar Paundra yang kini menjabat sebagai Chief Product Officer & Co-Founder Growpal, kepada Tech in Asia Indonesia.

Sebagai sebuah startup, Growpal menghubungkan antara investor atau pemilik dana dengan petani ikan yang membutuhkan modal. Di Growpal, kata Paundra, ada dua opsi investasi yakni Crowd Investing dan Premium Investment. Untuk Crowd Investing, satu tambak bisa diisi oleh banyak investor dengan dana mulai dari Rp100 ribu. Sedangkan Premium Investment, dana investasi yang dibutuhkan lebih besar dan bisa dikuasai hanya oleh satu investor. Sebagai contoh, untuk investasi satu tambak kerapu, dibutuhkan dana sekitar Rp18 juta.

Sejak mulai beroperasi pada Januari 2017, Paundra mengungkapkan pihaknya sudah menghadapi dua tantangan utama. “Tantangan pertama itu dari investor. Edukasinya sulit. Return of Investment (ROI) kami 35 persen ke atas. Kadang banyak yang bilang, too good to be true. Ini perikanan untuk komoditas ekspor. Kami benar-benar edukasi itu. Ada lewat blog, kami ceritakan berapa harga satu ekor kerapu kalau sudah masuk restoran. Memang harganya mahal. Perikanan itu sektor riil yang margin profitnya sangat potensial di Indonesia,” jelasnya.

Sedangkan tantangan kedua yakni terkait akuisisi lahan atau sewa lahan. Sebagai contoh, ada petani yang tadinya memiliki lahan untuk ditanam padi. Saat akan dijadikan tambak udang, mereka bertanya bagaimana nanti hitungannya. Hal seperti ini, kata Paundra, membutuhkan waktu karena mereka kembali harus mengedukasi.

Fokus perikanan laut

Ikan kerapu | Ilustrasi

Di Indonesia, ada beberapa startup serupa yang juga bergerak di bidang perikanan. Seperti IWAK, yang menghubungkan investor dengan keluarga pembudidaya ikan, atau eFishery yang menyediakan teknologi pemberi pakan ikan otomatis.

Berbeda dengan IWAK yang fokus pada ikan air tawar, Paundra menuturkan Growpal saat ini masih fokus mengembangkan produk perikanan laut seperti udang, kerapu, atau mutiara. Pasalnya, mereka masih kewalahan memenuhi permintaan dari pasar untuk kebutuhan ekspor. Growpal sendiri sudah memiliki rekanan supplier maupun pabrik eksportir ikan dan udang yang akan membeli produknya.

“Karena supply masih di bawah, jadinya pembeli berebut. Kadang kami yang audisi, mana harga terbaik. Jadi kami enggak cari-cari (pembeli). Pas panen, kami enggak menunggu untuk menjualnya. Cash and carry. Jadi, investor juga enggak menunggu untuk cash out. Karena pada saat itu juga saldo digital mereka bertambah. Kami ditantang untuk terus meningkatkan produksi,” jelasnya.

Pasar ikan | Ilustrasi

Mengenai pembagian keuntungan, Paundra menuturkan Growpal mengambil bagian lima belas persen dari total penjualan. Sisanya, 35 persen keuntungan ke petani ikan dan 55 persen untuk investor.

Lengkapi administrasi ke OJK

Sebagai platform yang mengelola dana investasi masyarakat, Growpal kini juga tengah fokus untuk melengkapi syarat administrasi ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Paundra menyatakan pihaknya memasang target akhir tahun 2017 harus sudah terdaftar di OJK.

Saat ini, Growpal hanya memberikan jaminan uang kembali untuk Premium Investment. Bila terjadi kemungkinan terburuk seperti gagal panen, maka Growpal akan menghitung berapa persen profit yang sudah diterima oleh investor. “Karena kan enggak langsung gagal. Profit itu sudah dapat berapa, sisanya baru kami cover,” tuturnya.

(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)

The post Growpal Tawarkan Investasi Perikanan Laut dengan Margin Lebih dari 35% appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: Inspirasi

Back To Top