skip to Main Content

Pendidikan Tinggi Sebagai Kunci Bonus Demografi

DSC_4750Yogyakarta – Belmawa. Saat ini, pertumbuhan jumlah penduduk usia produktif di Indonesia mengalami peningkatan tajam. Menghadapi fenomena tersebut, pendidikan tinggi merupakan kunci dalam membangun modal intelektual yang berasal dari bonus demografi tersebut menjadi sumber daya strategis yang menentukan kekuatan, kemakmuran, dan kesejahteraan bangsa. Hal tersebut yang ditekankan oleh Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa) Intan Ahmad saat menjadi pembicara pada Seminar Internasional Forum Demografi 2017 pagi tadi (30/8).

Forum Demografi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Youth Studies Centre (YouSure) Fisipol UGM dan Institute of Governance and Public Affairs (IGPA), yang bertujuan untuk mendiskusikan, mensosialisasikan, serta sebagai membahas upaya-upaya yang diperlukan untuk menghadapi bonus demografi di Indonesia.

Tahun ini, salah satu agenda utama Forum Demografi 2017 adalah Workshop Demography Forum UGM yang diselenggarakan pada Selasa (29/8) di Eastparc Hotel, Yogyakarta, yang membahas pentingnya pemetaan sektor yang kontributif pada pertumbuhan ekonomi menuju pemanfaatan bonus demografi. Workshop tersebut dihadiri Rektor UGM, Dekan Fisipol, dan Direktur Jenderal Otonomi Daerah (otda) Kementerian dalam Negeri sebagai keynote speaker. Peserta workshop tersebut adalah para kepala daerah, sekretaris daerah, BAPPEDA, dan SKPD dari beberapa daerah di Indonesia.

Setelah penyelenggaraan workshop, digelar International Conference: Demographic Dividend, Youth, Opportunities, Challenges, and Policy Agendas (DDY – OCAPA) keesokan harinya di Grha Sabha Pramana UGM. Hadir sebagai pembicara, Dirjen Belmawa Intan Ahmad menyampaikan bahwa tantangan utama yang dihadapi oleh Indonesia di Abad Ke-21 adalah meningkatkan pendapatan negara dan mengatasi kesenjangan ekonomi, serta menciptakan generasi muda yang mampu menghadapi tantangan globalisasi dan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan melalui pendidikan tinggi.

“Bonus demografi di Indonesia akan terus terjadi hingga tahun 2035, dan kita harus memanfaatkannya untuk mengatur strategi pendidikan ke depan dalam menciptakan Generasi Emas 2045. Dalam hal ini, pendidikan dan pelatihan adalah elemen utama untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan,” papar Intan.

Dalam kesempatan tersebut, Intan menjelaskan bahwa rendahnya daya saing Indonesia di skala global dikarenakan masih rendahnya peringkat Indonesia dalam beberapa pilar Indeks Daya Saing Global, termasuk dalam hal-hal yang berkaitan langsung dengan Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Diurutkan dari peringkat terendah, efisiensi pasar kerja, kesiapan teknologi, serta pendidikan tinggi dan pelatihan di Indonesia masih sangat kurang.

“Salah satu dampak negatif dari bonus demografi adalah tingginya pengangguran dan ketidaksesuaian antara kebutuhan dengan ketersediaan lulusan di dunia kerja. Salah satu solusinya adalah dengan memperbaiki sistem pendidikan tinggi di Indonesia agar sesuai dengan misi Kementerian (Kemenristekdikti), yaitu meningkatkan akses, relevansi, dan mutu pendidikan tinggi untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas,” jelasnya.

Intan juga menyampaikan bahwa salah satu strategi Kemenristekdikti dalam memanfaatkan bonus demografi dengan pendidikan tinggi yang berkualitas adalah melalui General Education untuk menghasilkan lulusan yang berwawasan kebangsaan dan bela negara, open-minded, kritis dan analitis, kompetitif, komunikatif, dan toleran. Selain itu, strategi lain yang perlu dilakukan adalah melalui entrepreneurship untuk mendorong lulusan menciptakan lapangan pekerjaan, optimalisasi penelitian yang bermanfaat langsung kepada masyarakat dan mengantisipasi perkembangan iptek, serta melalui pendidikan vokasi yang mampu merespon dinamika kebutuhan pasar kerja.

“Pendidikan merupakan senjata untuk mengubah dunia, dan pendidikan tinggi merupakan kunci menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera,” tutup Intan. (DRT/Editor/HKLI)

Source: Belmawa Ristek

Back To Top