skip to Main Content

Startup P2P Lending Modalku Raih Pendanaan Seri B Senilai Rp342 Miliar


Ikhtisar
  • Pendanaan Seri B sebesar US$25 juta (sekitar Rp344 miliar) ini dipimpin oleh Softbank Ventures Korea, serta diikuti oleh Qualgro and LINE Ventures.
  • Dana segar ini rencananya akan mereka fokuskan untuk pengembangan produk dan memastikan kepatuhan terhadap aturan di tiga negara tempat mereka beroperasi, yaitu Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

Pada tanggal 18 April 2018 ini, startup peer to peer (P2P) lending Funding Societies mengumumkan bahwa mereka telah berhasil meraih pendanaan Seri B sebesar US$25 juta (sekitar Rp344 miliar). Induk perusahaan dari Modalku tersebut mengklaim pendanaan ini sebagai investasi terbesar yang pernah diterima startup P2P lending di Asia Tenggara.

Investasi tersebut dipimpin oleh Softbank Ventures Korea, serta diikuti oleh Qualgro and LINE Ventures. Investor terdahulu mereka, seperti Sequoia Capital, Golden Gate Ventures, dan Alpha JWC Ventures, juga turut berpartisipasi dalam pendanaan ini.

Dana segar ini rencananya akan mereka fokuskan untuk pengembangan produk, serta memastikan kepatuhan terhadap aturan di tiga negara tempat mereka beroperasi, yaitu Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

“Sembari menganalisis pasar baru, menurut kami masih banyak hal yang harus diselesaikan di pasar yang telah kami masuki saat ini. Oleh karena itu, kami selalu berhati-hati ketika memutuskan untuk melakukan ekspansi ke negara lain atau menambah jenis produk,” ujar Kelvin Teo, founder dari Funding Societies kepada Tech in Asia.

Kerja keras tanpa henti yang dimulai sejak kuliah di Harvard

Modalku Penghargaan ITU | Foto

Modalku saat meraih Global SME Excellence Award dari International Telecommunication Union pada tahun 2017

Funding Societies sendiri didirikan oleh dua orang lulusan Harvard Business School, yaitu Kelvin Teo dan Reynold Wijaya. Mereka memutuskan untuk mendirikan startup tersebut pada tahun 2015, di saat mereka masih berstatus mahasiswa. Untungnya, mereka tetap berhasil lulus dari sekolah bisnis kenamaan tersebut.

“Kami bisa dihujat oleh keluarga kami bila tidak berhasil lulus. Hal ini mungkin terdengar keren, namun belajar di Harvard pada siang hari dan menjalankan Funding Societies pada malam hari (untuk menyesuaikan perbedaan waktu antara Amerika Serikat dan Singapura), merupakan sesuatu yang brutal. Namun kami tahu, apabila kami tidak memulai ini pada tahun 2015, kami akan ketinggalan,” jelas Teo.

Kerja keras mereka pun tidak berhenti sampai di situ. Banyak orang yang menganggap mereka tidak pernah menghadapi masa-masa sulit, karena langsung mendapat pendanaan dari Sequoia India pada tahun 2016.

“Hanya sedikit orang yang tahu bahwa tepat saat kami kembali ke Singapura, tiba-tiba ada perubahan aturan yang membuat kami kehilangan sembilan puluh persen bisnis kami. Itu terjadi tepat sebelum kami mendapat pendanaan Seri A, dan kami hanya mempunyai uang untuk operasional satu bulan,” terang Teo.

Mereka akhirnya mempertaruhkan uang mereka yang tersisa untuk mendapatkan layanan hukum yang mahal, mencari pinjaman dari perusahaan lain, serta mengubah model bisnis mereka.

“Untungnya Sequoia tetap berada di belakang kami,” ujar Teo.

Hingga saat ini, mereka telah berhasil memfasilitasi pinjaman sebesar Rp1,44 triliun kepada sekitar tiga ribu peminjam. Hanya 1,4 persen di antaranya yang masuk kategori kredit macet. Sedangkan untuk jumlah pemberi pinjaman di platform mereka, saat ini sudah mencapai 60 ribu orang.

Persaingan P2P lending yang kian memanas di tanah air

Di Indonesia sendiri, telah ada beberapa startup yang juga menghadirkan layanan P2P lending, seperti Investree, Amartha, Koinworks, hingga Crowdo. Investree bahkan sempat menyatakan bahwa mereka juga akan mendapatkan pendanaan Seri B dalam waktu dekat.

Jumlah pemain yang banyak, yang didukung oleh aturan resmi yang telah dibuat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), membuat P2P lending menjadi salah satu sektor fintech yang tumbuh cepat di tanah air, selain sektor pembayaran dan e-money.

“Banyaknya pemain mungkin saja berakibat pada persaingan yang tidak sehat. Para pemain bisa saja memberikan pinjaman tanpa seleksi yang ketat demi mengejar pertumbuhan, yang mengakibatkan angka kredit macet mereka naik. Namun, di sisi lain hal ini juga bisa menstimulasi perkembangan sektor fintech secara keseluruhan, yang semoga bisa melahirkan beberapa raksasa fintech lokal. Keseimbangan antara dua hal tersebut akan sangat tergantung pada aturan yang dibuat oleh regulator,” pungkas Teo.

(Diedit oleh Septa Mellina)

This post Startup P2P Lending Modalku Raih Pendanaan Seri B Senilai Rp342 Miliar appeared first on Tech in Asia.

The post Startup P2P Lending Modalku Raih Pendanaan Seri B Senilai Rp342 Miliar appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: Inspirasi

Back To Top