skip to Main Content

Nalayan – E-commerce dari Bandung yang Sediakan Bermacam Produk Olahan Laut


Founder: Bintang Bimaputra, Isnan Fazri
Industri: e-commerce bahan olahan seafood
Status pendanaan: bootstrapping

  • Nalayan bekerja sama dengan sejumlah koperasi nelayan di Jawa Barat untuk memangkas rantai suplai produk olahan laut, sehingga membuat harga menjadi lebih terjangkau sambil tetap menjaga kualitas.
  • Guna memasarkan layanannya, Nalayan menyediakan situs web dan memanfaatkan platform marketplace online besar seperti Tokopedia, sambil tengah mempersiapkan aplikasi mobile.

button ulasan startup


Meski didominasi oleh beberapa pemain besar, namun industri e-commerce di Indonesia rupanya masih menyisakan ruang bagi para pelaku yang secara spesifik menyasar kebutuhan jenis produk tertentu. Contohnya seperti penjualan bahan baku olahan.

Di Indonesia sendiri, e-commerce penjualan bahan baku telah diisi beberapa startup yang mungkin sudah tidak asing lagi, seperti SayurBox dan LimaKilo. Bagi Bintang Bimaputra dan koleganya, Isnan Fazri Pangestu, kesempatan di ranah e-commerce penjualan bahan makanan masih terlihat lebar, selama belum diisi oleh pemain yang khusus memfasilitasi kebutuhan memasak olahan seafood atau makanan laut.

Ingin memotong rantai distribusi ikan yang pelik

Setelah lulus menempuh pendidikan di Universitas Padjajaran program studi Ilmu Kelautan, Bintang melihat bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya mengoptimalkan potensi sebagai negara maritim untuk pemenuhan berbagai hal di kehidupan. Salah satunya adalah dalam swasembada pangan.

Padahal menurut Bintang, perikanan merupakan sektor yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Indonesia (selain pertanian). Apalagi mengingat 22 persen dari penduduk Indonesia sendiri memiliki mata pencaharian sebagai Nelayan.

“Sektor perikanan memiliki berbagai akar permasalahan di dalamnya dan yang paling mencolok ialah rantai suplai yang sangat panjang, apalagi dengan banyaknya turut campur pihak-pihak yang lebih mengutamakan keuntungan dirinya sendiri seperti tengkulak.”

Berangkat dari keinginannya untuk mengoptimalkan sumber kelautan, terutama di sektor perikanan, Bintang menganalisis permasalahan yang hendak ia pecahkan lewat solusi startup buatannya.

Bintang kemudian menggandeng koleganya dan mulai mendirikan sebuah platform yang bisa dimanfaatkan untuk membantu kemakmuran nelayan, serta menumbuhkan kesadaran yang lebih tinggi atas produk makanan laut berkualitas.

Dengan adanya integrasi platform online, masyarakat dapat menikmati seafood dengan harga yang terjangkau, berkualitas baik, dan juga proses jual beli yang mudah.

Bintang Bimaputra,
Founder Nalayan

Tantangan di bisnis penyuplaian ikan

Seperti platform e-commerce pada umumnya, Nalayan menjembatani kebutuhan akan permintaan sebuah produk lewat integrasi sistem online ke dalam transaksi offline. Mirip dengan layanan pemesanan bahan olahan on-demand lain, produk yang telah dipesan akan dikirim langsung oleh kurir Nalayan setelah melalui proses pengendalian mutu untuk menjamin kualitas.

Untuk melayani kebutuhan ini, Nalayan memanfaatkan dua platform meliputi situs web dan aplikasi mobile yang sedang dikembangkan. Di samping itu, mereka juga membuka sistem kemitraan usaha (reseller) untuk memperkenalkan diri lewat medium online ke offline (O2O).

Bintang mengakui bahwa mengalami hambatan untuk mengembangkan ide e-commerce yang melayani kebutuhan olahan ikan, terutama di penyuplaian ikan dari hulu. Kenyataan soal sistem distribusi yang pelik ini membuat ia memutuskan bekerja sama dengan koperasi–koperasi nelayan di Jawa Barat.

Meski tidak semua koperasi bisa menanggapi ide ini secara baik, namun Bintang berhasil meyakinkan beberapa pihak untuk mempercayakan platform online Nalayan sebagai salah satu jalur distribusi mereka.

“Kami langung bisa mendistribusikan produk kepada konsumen, sehingga memotong beberapa tahap supply chain konvensional di sektor perikanan yang pada akhirnya harga bisa lebih murah dan kualitas produk tetap terjaga.”

Pelanggan berasal dari kalangan bisnis

Sebagai startup e-commerce yang baru dirintis, Nalayan saat ini masih mengandalkan jasa logistik sendiri untuk memenuhi pasokan permintaan yang rata-rata berasal dari kalangan konsumen pelaku bisnis restoran (B2B), seperti Shabu Hachi, Colony Corner, dan Babakaran.

Selain distribusi sendiri, Nalayan juga turut memanfaatkan platform marketplace e-commerce besar di tanah air, salah satunya adalah Tokopedia. Cara ini mirip dengan strategi Mendekor yang juga memanfaatkan jalur alternatif sebagai cara untuk mendistribusikan produk mereka ke pasar.

Di Indonesia sendiri, konsep bisnis yang dijalani Nalayan kurang lebih mirip dengan Aruna, platform distribusi kebutuhan produk perikanan. Pelanggan Aruna meliputi kalangan B2B pelaku ekspor, industri pengolahan, serta hotel, restoran, dan katering.

Salah satu misi yang juga diemban Nalayan adalah mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya makan ikan

Meski memiliki kesamaan dengan Aruna, namun Nalayan tidak lantas bersaing secara kompetitif dengan platform Aruna. Guna melayani kebutuhan ekosistem nelayan di Indonesia, keduanya bahkan saling mendukung demi mencapai tujuan bersama yang lebih baik.

“Kami ingin mencetuskan semangat “Revolusi Protein” untuk dapat mengubah paradigma masyarakat terhadap produk laut agar tidak dipandang sebagai bahan pangan substitusi setelah produk peternakan,” ungkap Bintang. Perubahan ini menurut Bintang adalah hal yang penting, guna lebih menyejahterakan profesi nelayan di Indonesia.

Ke depannya, Nalayan berkeinginan untuk menyelenggarakan kampanye, serta membuka supply store center sendiri sebagai tempat penyimpanan produk sekaligus penjualan. Saat ini mereka terbuka bagi kesempatan kerja sama dengan pihak ketiga, maupun investor untuk bisa mewujudkan berbagai hal tersebut di masa mendatang.

(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)

This post Nalayan – E-commerce dari Bandung yang Sediakan Bermacam Produk Olahan Laut appeared first on Tech in Asia.

The post Nalayan – E-commerce dari Bandung yang Sediakan Bermacam Produk Olahan Laut appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: Inspirasi

Back To Top