skip to Main Content

4 Hal Menarik Tentang Atmosfer Pendanaan Startup di Indonesia Menurut AT Kearney dan Google


Ikhtisar
  • Nominal pendanaan yang masuk ke pasar tanah air bertambah cukup signifikan, dari US$44 juta (sekitar Rp584 miliar) pada tahun 2012, menjadi US$3 miliar (sekitar Rp40 triliun) pada tahun 2017 ini.
  • Kurangnya kisah sukses serta anggapan bahwa investasi di negara lain bisa lebih menguntungkan merupakan alasan minimnya jumlah investor lokal yang menyuntikkan dana ke startup tanah air.

Pada tanggal 19 September 2017 ini, perusahaan konsultan AT Kearney dan Google merilis sebuah laporan terkait perkembangan investasi startup di tanah air yang berjudul Indonesia Venture Capital Outlook 2017. Untuk membuat laporan ini, mereka melakukan analisis secara internal, mewawancarai lebih dari 25 perusahaan modal ventura (VC), serta menggunakan data pihak ketiga.

Berikut ini adalah beberapa hal menarik dari laporan tersebut.

Nominal investasi di Indonesia meningkat pesat, tapi …

VC Outlook 1

Dalam laporan tersebut, AT Kearney dan Google menyatakan bahwa nominal pendanaan yang masuk ke pasar tanah air bertambah cukup signifikan. Dari yang sebelumnya hanya berjumlah US$44 juta (sekitar Rp584 miliar) pada tahun 2012, menjadi US$3 miliar (sekitar Rp40 triliun) pada tahun 2017 ini.

Sebagai informasi, AT Kearney telah memasukkan data investasi sebesar US$1,2 miliar (sekitar Rp16 triliun) yang dikabarkan telah diterima GO-JEK, meski penyedia aplikasi on demand tersebut belum memberikan konfirmasi resmi.

VC Outlook 2

Sayangnya, pertumbuhan nominal investasi tersebut tidak diimbangi oleh jumlah startup yang mendapat pendanaan. “Memang ada pertumbuhan dalam hal jumlah startup yang mendapat pendanaan, namun tidak secepat pertumbuhan dari nominal uang yang diberikan,” ujar Shekhar Cauhan, Principal dari AT Kearney.

Para investor pun cenderung mengincar startup tanah air yang telah mendapat investasi di atas Seri A. Itulah mengapa dari total pendanaan yang masuk ke startup tanah air, hanya sekitar lima belas persen yang masuk ke startup tahap awal (Seed dan Seri A).

Besarnya potensi startup di Indonesia

VC Outlook 5

Meningkatnya jumlah nominal pendanaan di Indonesia sendiri bukannya tanpa sebab. Menurut data yang dihimpun AJ Kearney dan Google dari berbagai sumber, angka Gross Domestic Product (GDP) per kapita di Indonesia akan naik dari angka US$3600 (sekitar Rp48 juta) di tahun 2016 menjadi US$5700 (sekitar Rp76 juta) di tahun 2021.

Hal ini pun akan dibarengi dengan peningkatan penetrasi internet dari yang saat ini hanya bisa menjangkau 85 juta orang, menjadi 148 juta orang. Jumlah orang yang berbelanja online di tanah air pun bisa meningkat dari angka 11 juta menjadi 42 juta orang di tahun 2021 nanti.

Pendanaan akan bergeser ke vertikal selain e-commerce dan transportasi

VC Outlook 3

Dalam hal vertikal, sejak tahun 2012 hingga 2017, bisnis e-commerce menguasai sekitar 58 persen pendanaan yang masuk ke tanah air. Mereka diikuti oleh bisnis transportasi yang berhasil mendapatkan 38 persen dari investasi. Sementara vertikal-vertikal lain seperti fintech dan kesehatan, masih jarang mendapat pendanaan dalam jumlah besar.

Namun menurut Henky Prihatna, Country Industry Head Google Indonesia, situasi tersebut akan berubah.

“Di kemudian hari, startup seperti GO-JEK, Tokopedia, dan Traveloka memang akan tetap mendapat pendanaan. Namun karena mereka telah menjadi “pemenang”, tidak akan ada banyak lagi startup dari bisnis serupa yang mendapat pendanaan besar. Uang investor akan beralih ke bisnis-bisnis yang lain,” jelas Henky.

Hal ini pun diamini oleh Abheek Anand, Principal dari Sequoia Capital. Menurutnya, kita bisa mempelajari apa yang terjadi di Cina. Meski di sana telah ada tiga startup besar (Baidu, Alibaba, Tencent), namun kemudian muncul nama-nama baru seperti Didi Chuxing dan Meituan, yang berasal dari vertikal bisnis berbeda.

Meningkatnya investasi dari Cina

VC Outlook 4

Laporan AT Kearney dan Google juga menyoroti banyaknya investasi dari investor Cina yang masuk ke startup tanah air. Menurut mereka, dalam hal nominal uang yang diinvestasikan, para investor Cina tersebut berpartisipasi dalam 94 persen pendanaan di tanah air.

Beberapa contoh investasi Cina di tanah air adalah pendanaan Tencent untuk GO-JEK, pendanaan Alibaba untuk Tokopedia, serta pendanaan JD untuk GO-JEK dan Traveloka.

Menurut Partner dari AT Kearney, Alessandro Gazzini, hal ini harus disikapi dengan baik oleh para investor lokal. “Jangan hanya menyoroti investasi yang datang dari luar, namun seharusnya hal ini menjadi pendorong bagi investor lokal untuk lebih banyak berinvestasi pada startup tanah air,” ujar Gazzini.

Menurut Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca, ada beberapa hal yang menyebabkan para investor lokal kurang tertarik untuk memberikan pendanaan pada startup tanah air. Di antaranya adalah kurangnya kisah sukses yang bisa dijadikan contoh (role model), serta anggapan bahwa investasi di negara lain seperti Singapura bisa lebih menguntungkan.

“Namun saat ini sudah mulai banyak konglomerat tanah air yang berinvestasi pada startup lokal. Namun mayoritas baru memberi pendanaan pada startup tahap awal,” jelas Willson.

(Diedit oleh Septa Mellina)

The post 4 Hal Menarik Tentang Atmosfer Pendanaan Startup di Indonesia Menurut AT Kearney dan Google appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: Inspirasi

Back To Top