[Update] Panduan Menemukan Nama Startup yang Tepat di Indonesia
Ikhtisar
- Nama adalah citra dari produk/layanan milikmu jadi pastikan kamu melakukan proses pemilihan nama startup dengan baik.
- Startup besar di dunia jarang yang melakukan perubahan nama, terkecuali ada layanan baru dan skalanya kian membesar.
- Gunakan nama yang sama dengan keyword agar produkmu berada di jajaran atas mesin pencari.
- Pastikan ketersediaan nama domain.
- Cek dulu apakah nama startup kamu memungkinkan untuk digunakan di platform media sosial.
- Rata-rata nama startup di Indonesia hanya tiga sampai lima suku kata agar mudah dieja.
- Gunakan kamus bila kamu tidak kunjung menemukan nama startup yang cocok.
Setelah kamu mendapatkan ide startup yang akan kamu jalankan, maka langkah selanjutnya yang harus kamu lakukan adalah memilih nama untuk produk atau layanan yang akan kamu buat. Hal ini terdengar sepele, namun sebenarnya cukup sulit untuk dilakukan. Terlebih dengan kian banyaknya startup lain yang bermunculan, membuat pilihan nama yang bisa kamu ambil pun menjadi semakin sedikit.
Hal ini terasa makin sulit karena nama tersebut nantinya akan menjadi citra startup yang akan kamu bangun, untuk selama-lamanya. Jarang sekali kita menemukan startup yang mengubah namanya di kemudian hari. Hal itu pun biasanya terjadi karena mereka telah bertambah besar dan ingin merambah ke layanan yang berbeda, seperti yang dilakukan Snapchat (sekarang bernama Snap), Garena (sekarang mempunyai induk perusahaan yang bernama Sea), serta Google (sekarang mempunyai induk perusahaan yang bernama Alphabet). Jarang sekali ada kasus startup besar yang mengganti nama karena merasa nama yang sebelumnya tidak terlalu menjual.
Oleh karena itu, kamu harus sangat berhati-hati ketika memilih sebuah nama untuk startup kamu. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus kamu perhatikan ketika melakukannya.
Pilih nama yang langsung menjelaskan produk atau layanan kamu
Buatlah agar masyarakat bisa langsung memahami produk atau layanan yang kamu buat, begitu mendengar namanya. Selain bisa memperkuat citra, hal ini pun bisa memudahkan SEO situs kamu di mesin pencari (search engine).
Menggunakan nama domain yang sama dengan keyword, dikenal sebagai EMD (exact-match Domain). Contohnya jika produk kamu adalah jual sepatu online maka domain kamu akan menjadi jualsepatuonline.com. Sebelumnya, ini akan membantu kamu untuk muncul di jajaran atas mesin pencari. Namun sejak akhir 2012, Google mulai memangkas situs-situs yang mempunyai EMD namun kualitasnya rendah.
New exact-match domain (EMD) algo affects 0.6% of English-US queries to a noticeable degree. Unrelated to Panda/Penguin.
— Matt Cutts (@mattcutts) September 28, 2012
Apakah ini berarti kamu tidak bisa mempunyai domain topiantiair.com atau kursiterbang.com? Tidak juga, selama konten isinya berkualitas maka mempunyai EMD adalah keuntungan, namun jika kontennya penuh SPAM maka itu tidak akan membantu sama sekali. Nama domain kamu malah akan lebih sulit muncul di mesin pencari.
Pastikan nama domain-nya tersedia
Ketika kamu telah memilih sebuah nama, langsung cari tahu apakah domain .com dari nama tersebut masih tersedia atau tidak. Selain itu, kamu pun harus mencari tahu apakah nama tersebut masih bisa digunakan sebagai nama akun di media sosial yang tengah populer seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Mengapa? karena besar kemungkinan kamu akan memerlukan media sosial untuk membantu pemasaran, serta sebagai kanal komunikasi dengan pelanggan.
Founder Y Combinator, Paul Graham, bahkan menganjurkan founder startup untuk mengubah namanya sedini mungkin apabila domain .com dari nama tersebut telah dimiliki oleh orang lain.
Beberapa startup tanah air coba mengakali hal tersebut dengan menggunakan domain .co.id atau .id. Hal ini memang sah-sah saja, namun pengguna mungkin akan bingung ketika melakukan pencarian di search engine. Contoh jika kamu menggunakan domain Badut.id, maka dikhawatirkan orang yang mencari nama kamu di search engine nantinya akan tersesat ke situs Badut.com yang mungkin tidak berkaitan dengan layanan yang kamu miliki. Hal ini lebih fatal jika domain Badut.com justru dimiliki oleh kompetitor kamu.
Singkat dan mudah dieja
Menurut pantauan saya, nama startup di Indonesia rata-rata hanya terdiri antara dua hingga lima suku kata. Lebih dari itu, maka akan terkesan terlalu panjang dan sulit untuk diingat.
Selain itu, usahakan nama startup kamu mudah untuk dieja dan diucapkan. Selain memudahkan orang untuk mengingat nama startup kamu, hal ini pun akan membantu ketika pengguna mencari produk atau layanan kamu di search engine. Jadi, jangan coba-coba menggunakan nama seperti QWSDF.com, kecuali bila kata tersebut memang merupakan sesuatu yang populer di Indonesia.
Jangan terlalu sama dengan perusahaan lain
Hal lain yang harus kamu perhatikan adalah jangan sampai kamu menggunakan nama yang terlalu mirip dengan startup lain. Apabila kamu nantinya lebih sukses dibanding startup tersebut, ada kemungkinan pengguna yang mencari kamu di search engine justru masuk ke situs milik startup tersebut.
Sebaliknya, apabila kamu masih merupakan startup kecil, maka kamu bisa dianggap sebagai salah satu layanan atau anak perusahaan dari startup besar dengan nama yang mirip itu. Contoh, apabila kamu membuat startup bernama BukaBaju atau GO-DATE, maka kemungkinan besar kamu akan dianggap sebagai anak perusahaan dari Bukalapak atau GO-JEK.
Coba manfaatkan kamus untuk mencari nama
Sudah coba memikirkan nama untuk startup kamu namun tidak juga mendapatkan nama yang pas? Mungkin kamu harus coba melihat kamus untuk mencari kata-kata yang menarik. Hal ini bahkan dilakukan oleh Founder Twitter, Jack Dorsey. Twitter sempat akan diberi nama Status, sebelum Dorsey kemudian memeriksa kamus dan menemukan kata Twitter, yang berarti “sebuah informasi yang tidak berurutan, dan ciutan burung.”
Cara startup tanah air memilih nama mereka
Menggunakan satu kata umum
Penggunaan satu kata umum sebagai nama merupakan hal paling ideal untuk sebuah startup. Sayangnya, untuk mendapatkan nama tersebut kamu harus bersaing dengan banyak sekali orang.
Startup yang menggunakan nama seperti ini adalah Cicil, Pinjam, Kargo, Paket, Tiket, Tukang, Rumah, Loket, dan Bitcoin.
Menggunakan akhiran -Ku dan -Loka
Apabila kamu gagal mendapatkan satu kata umum sebagai nama startup kamu, maka kamu bisa menambahkan akhiran -Ku di belakang kata tersebut. Hal ini dilakukan oleh beberapa startup dan layanan di tanah air, seperti: Modalku, Jasaku, Kartuku, Asmaraku, Itemku, Legalku, Jejakku, Konserku, Uangku, Duniaku, dan Dompetku.
Akhiran lain yang juga sering digunakan oleh startup tanah air adalah -Loka, seperti yang dilakukan Traveloka dan Dealoka.
Menggunakan akhiran -Nesia
Ada juga beberapa startup yang menggunakan akhiran -Nesia untuk nama mereka. Hal ini mereka lakukan untuk menunjukkan bahwa startup tersebut berasal dari Indonesia. Beberapa startup yang melakukan ini adalah Arsanesia, Infonesia, Pedenesia, dan Gogonesia.
Natali Ardianto, CTO Tiket, bahkan sempat dua kali membuat startup dengan nama seperti ini, yaitu Urbanesia dan Golfnesia.
Menggunakan awalan Klik-
Selain coba menunjukkan asal negara dengan akhiran -Nesia, beberapa startup juga coba menunjukkan bahwa mereka membuat produk atau layanan berbau teknologi dengan nama yang berawalan Klik-. KlikFix, KlikEat, KlikDokter, dan KlikDaily, merupakan beberapa nama startup yang melakukan hal ini.
Menggunakan kata Pay, Dok, Edu
Beberapa startup coba menunjukkan jenis bisnis yang mereka jalankan dengan menambahkan kata yang berkaitan dengan bisnis tersebut. Startup yang bergerak di bidang pembayaran misalnya menggunakan kata Pay, sedangkan startup kesehatan menggunakan kata Dok, yang diikuti oleh startup pendidikan dengan kata Edu.
Beberapa startup yang melakukan ini adalah Paytren, PayAccess, Payfazz, Espay, Faspay, Codapay, Halodoc, YesDok, dan HarukaEdu.
Menggunakan awalan huruf I
Pembuatan nama seperti ini dimulai oleh Apple, yang membuat produk dan layanan mereka mulai dari iPhone, iPod, iPad, hingga iTunes dengan awalan huruf I. Di Indonesia, beberapa startup seperti iGrow, iFlix, iLotte, iPrice, dan iSeller pun melakukan hal yang sama.
Menggunakan pelesetan kata
Beberapa startup yang tidak bisa menggunakan sebuah kata utama yang menunjukkan bisnis mereka, kemudian memilih untuk menggunakan kata pelesetan sebagai nama. Contohnya Kartoo (dari kata Kartu), Blanja (dari kata Belanja), Qontak, Qerja, Quintal, hingga Qlapa.
Menggunakan pengulangan kata
Ada juga startup yang menggunakan pengulangan kata sebagai nama mereka, demi membuat sebuah nama yang unik. PegiPegi, Bobobobo, dan Lolalola merupakan contohnya.
Menggabungkan dua kata dalam Bahasa Indonesia
Tidak bisa menggunakan satu kata utama? Jangan khawatir, kamu bisa mencari kata lain lalu menggabungkannya demi membuat sebuah nama yang unik. Hal ini dilakukan oleh beberapa startup tanah air seperti KitaBisa, RuangGuru, DanaDidik, MobilKamu, UrbanIndo, MalesBanget, dan LimaKilo.
Beberapa startup bahkan menggabungkan kata yang berkaitan dengan bisnis mereka dengan kata Teman, agar terdengar akrab di telinga pengguna, seperti yang dilakukan TemanJalan, TemanUsaha, KerjaDulu, dan UangTeman.
Menggabungkan dua kata dalam Bahasa Inggris
Tidak ingin nama yang menggunakan Bahasa Indonesia? Kamu juga bisa menggabungkan dua kata dalam Bahasa inggris. Hal ini dilakukan oleh BrideStory, BerryKitchen, DailySocial, Female Daily, Sale Stock, HappyFresh, KoinWorks, EasyParcel, dan BlackGarlic.
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
The post [Update] Panduan Menemukan Nama Startup yang Tepat di Indonesia appeared first on Tech in Asia Indonesia.
Source: Entrepreneur Life