Alasan Codemi Melakukan Pivot dan Fokus Tawarkan Layanan ke Perusahaan Besar
Ikhtisar
- Menurut CEO Codemi Zaki Falimbany, Menggaet perusahaan besar untuk menggunakan software Codemi merupakan bisnis yang lebih sehat dibanding menyelenggarakan kursus online di Indonesia.
- Perusahaan-perusahaan besar membutuhkan platform yang dapat memudahkan mereka meningkatkan efisiensi dalam memberikan pelatihan kepada para karyawannya.
Saat mulai beroperasi di Indonesia pada tahun 2013, Codemi menawarkan software learning management system (LMS) dengan konsep massive open online courses (MOOC). Harapannya, materi pelajaran yang telah disiapkan pengguna lain melalui Codemi bisa diakses secara online oleh publik jika bersedia membayar biaya tertentu.
Menurut Founder dan CEO Codemi, Zaki Falimbany, pada awalnya mereka menggandeng sejumlah direktur perusahaan untuk tampil dalam video guna memberikan materi pelajaran. Ternyata para direktur ini enggan memungut biaya dari materi yang telah disampaikan, bahkan memberikannya secara cuma-cuma kepada pengguna Codemi.
“Mereka tidak ada yang mau menjual. Digratiskan saja. Waktu itu kami sudah punya sekitar lima puluhan video. Biayanya terlalu tinggi kalau ini diberikan gratis.”
Lantaran konsep tersebut tidak berjalan mulus, Zaki memutuskan melakukan pivot dan mengubah konsepnya dengan lebih fokus menawarkan software LMS ke perusahaan-perusahaan besar pada tahun 2015. Ide ini ia dapatkan setelah ada rekan yang meminjam software buatannya untuk melatih karyawan.
“Kami tanya-tanya ke perusahaan, ternyata mereka berminat. Tahun 2015 sampai tahun 2017, kami kerja sama secara terbatas dengan beberapa perusahaan untuk mendesain sistem seperti yang mereka butuhkan,” jelasnya.
Setelah sistem sudah siap sesuai kebutuhan dari target pasar, barulah Zaki resmi meluncurkan Codemi Learning pada 6 Maret 2018. Codemi Learning merupakan program manajemen pembelajaran berbasis cloud yang memungkinkan perusahaan mengembangkan Corporate Digital Academy untuk pelatihan karyawan dan mitra kerja.
Bantu perusahaan besar dengan platform
Codemi mengaku memiliki delapan klien perusahaan dengan total sekitar satu juta pengguna per Maret 2018. Mereka masih ingin fokus menawarkan layanannya ke perusahaan besar dan belum melirik pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Zaki punya beberapa alasan, antara lain:
- Ada minimum jumlah pengguna bila ingin memakai layanannya.
- UKM di Indonesia lebih membutuhkan materi pelatihan ketimbang platform untuk karyawannya.
Perusahaan besar biasanya sudah memiliki konten dan divisi khusus yang yang mengurus bagian pelatihan karyawan. Mereka hanya membutuhkan platform untuk mempermudah tugas dalam memberikan materi pelatihan tersebut. “Kalau harganya, nanti diberi tahu. Yang jelas harganya akan turun kalau jumlah penggunanya semakin banyak,” kata Zaki.
“Ke depannya kami juga ingin ini bisa masuk ke UKM. Mereka sangat membutuhkan karena tidak punya bagian pelatihan. Padahal karyawan yang masuk tetap harus dilatih.”
Adapun layanan yang ditawarkan Codemi serupa dengan yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan teknologi raksasa lain, seperti SAP, Oracle, ataupun IBM. SAP memiliki produk bernama SAP Enterprise Learning, IBM dengan produk IBM Kenexa LCMS, dan Oracle yang menawarkan produk PeopleSoft Enterprise Learning Management.
(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)
This post Alasan Codemi Melakukan Pivot dan Fokus Tawarkan Layanan ke Perusahaan Besar appeared first on Tech in Asia.
The post Alasan Codemi Melakukan Pivot dan Fokus Tawarkan Layanan ke Perusahaan Besar appeared first on Tech in Asia Indonesia.
Source: Inspirasi