[Opini] 4 Negara Pusat Inovasi AI di Asia Selain Cina
Ada berita baik bagi masyarakat Asia yang menjagokan inovasi tanah air, terutama dalam bidang kecerdasan buatan (AI) yang akan berperan besar bagi industri masa depan. Beberapa negara seperti Korea Selatan, Singapura, Jepang, dan Taiwan kini telah menjadi lahan persemaian inovasi AI.
Hal ini penting mengingat semakin canggih suatu sistem dampaknya juga akan semakin besar bagi kehidupan dan pekerjaan manusia. Meskipun masih banyak yang harus Taiwan lakukan untuk menyusul ketiga rekan Asia lainnya, menurut saya negara tersebut mempunyai potensi menjadi pusat AI yang menarik.
Keempat negara ini merupakan perwakilan kecakapan AI di Asia.
Jepang
Pemerintah Jepang memiliki peran besar dalam menopang penelitian AI. Negara ini digadang sebagai salah satu lingkungan inovasi terdepan di dunia. Kondisi ini bisa menjadi lebih baik jika mereka berfokus kepada kebijakan pendidikan, terutama dalam aspek soft skill dan pembelajaran seumur hidup (keunggulan yang Singapura telah miliki).
Berdasarkan pengalaman saya, Jepang tergolong maju dalam proses adopsi kecerdasan buatan. Hal ini terlihat dari berbagai debat konstruktif mengenai dampak dari AI terhadap ekonomi dan masyarakat. Mereka juga telah mulai mempersiapkan berbagai skenario dan solusi bagi penggunaan AI di masa depan. Sementara negara lain seperti Korea, Taiwan, dan Singapura masih mempromosikan pengetahuan dan konsep AI yang lebih mendasar.
Taiwan
Taiwan memiliki sejumlah talenta terbaik di wilayah Asia dengan harga yang relatif murah. Jika kamu ingin membangun pusat data di Asia Timur Laut, Taiwan merupakan pilihan yang bagus. Itulah mengapa Google, IBM, dan Microsoft, tiga perusahaan teknologi raksasa dunia dengan anggaran AI yang besar, berekspansi ke Taiwan tahun ini.
Para engineer Taiwan mudah untuk dilatih terkait bidang teknologi mutakhir seperti AI. Tahun ini, pemerintah Taiwan juga sedang mencari ranah teknologi baru untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan target mencapai US$613 miliar (sekitar Rp8,8 kuadriliun). Negara ini berencana meninggalkan ketergantungan terhadap industri manufaktur, dan pengembangan AI menjadi salah satu opsi industri lain.
Korea Selatan
Korea Selatan menyandang peringkat sebagai negara paling inovatif di dunia menurut indeks World Economic Forum. Negara ini telah mempersiapkan US$2 miliar (sekitar Rp28 triliun) untuk menunjang penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan. Korea Selatan juga menempati peringkat tinggi mengenai kebijakan pasar tenaga kerja, terutama dalam aspek transisi pekerjaan.
Unit Intelijen dari The Economist baru-baru ini menyusun indeks kesiapan automasi yang menempatkan Korea Selatan di posisi pertama (disusul oleh Jerman, Singapura, dan Jepang). Ini menunjukkan Korea Selatan memiliki potensi besar menjadi pemimpin ekonomi berbasis AI.
Namun, meskipun negara ini memiliki latar belakang yang kuat dalam industri manufaktur dan teknologi, AI menjadi isu kontroversial. Pada April 2018, sejumlah peneliti memboikot universitas terkemuka di Korea Selatan yaitu Korea Advanced Institute of Science and Technology. Aksi ini muncul setelah universitas tersebut membuka “laboratorium senjata AI” dengan dukungan salah satu perusahaan terbesar di Korea Selatan.
Singapura
Singapura memelopori berbagai eksperimen menjanjikan dalam bidang pendidikan jangka panjang dan kebijakan pasar tenaga kerja. Negara ini menawarkan kesempatan bagi warga negara dewasa untuk mengikuti kursus pelatihan melalui akun belajar individual. Mereka juga mendorong perusahaan untuk berinvestasi lebih besar pada pekerja berupah rendah.
Alhasil, negara ini mendapatkan nilai tinggi untuk kebijakan tenaga kerja, bersama dengan Korea Selatan.
Menurut saya, keunggulan Singapura terletak pada kemampuan mereka untuk tetap jadi pemain netral dalam melakukan kegiatan investasi maupun inkubasi teknologi dan bisnis AI (daripada terseret ke aksi adu pamer kemajuan masing-masing dengan bumbu nasionalisme berlebih seperti yang terjadi antara Amerika Serikat dan Cina).
Singapura juga menyesuaikan penempatan AI dengan keunggulan mereka (contohnya sejarah Singapura sebagai negara maritim). Ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana Singapura dapat bekerja lebih baik dengan industri yang sudah menjadi kelebihan mereka.
Terakhir, Singapura butuh melakukan inisiatif untuk menciptakan lingkungan ramah entrepreneur. Hal ini dapat membantu Singapura menjadi pusat talenta dan pertumbuhan AI di Asia yang memerhatikan beragam aspek kerja, seperti work-life balance yang sehat.
Rekan-rekan pengembang AI di Barat
Meskipun saya ingin tulisan ini tetap fokus ke Asia, saya juga ingin melihat sejenak ke Barat. Menurut saya terdapat empat pusat AI di belahan dunia ini yang sedang naik daun dan perlu mendapat perhatian. Keempat negara tersebut yaitu:
- Jerman,
- Inggris Raya,
- Prancis, dan
- Kanada.
Menurut saya, peran keempat negara ini dalam ranah kecerdasan buatan penting untuk kita pertimbangkan. Sering kali, perdebatan terlalu terpusat pada Amerika Serikat dan Cina, yang sebenarnya tidak selalu mewakili perkembangan AI secara global.
Kebijakan tenaga kerja Jerman cukup kuat dan mereka merupakan salah satu negara terdepan dalam penelitian AI. Pencapaian ini tidak terlepas dari bantuan dana pemerintah yang besar setiap tahunnya.
Inggris juga melaksanakan strategi industri dan digital yang menjunjung penelitian AI dan robotik. Fokus mereka terletak pada upaya menghubungkan perusahaan, universitas terkemuka, dan pusat studi.
Negara ini juga baru mengumumkan investasi besar terkait teknologi AI senilai sekitar US$1,3 miliar (sekitar Rp18 triliun). Tindakan ini mereka lakukan lewat kerja sama dengan perusahaan seperti Microsoft, Hewlett-Packard, IBM, McKinsey, dan Pfizer.
Program visa cepat Prancis untuk pengusaha teknologi dan anggaran AI sebesar US$11,6 miliar (sekitar Rp167 triliun) membuatnya menjadi pemain penting dalam ranah ini.
Sementara itu, Kanada telah menjadi pusat AI menarik. Negara ini bekerja sama dengan berbagai industri untuk berinvestasi dalam berbagai teknologi mutakhir, termasuk AI.
Saya juga ingin mengakui peran penting Amerika Serikat dan Cina sebagai pusat AI global; sesuatu hal yang tidak bisa kita pungkiri. Tapi pada saat yang sama, saya ingin mendorong perhatian yang lebih kuat terhadap pemain regional di Asia seperti Korea Selatan, Singapura, Jepang, dan Taiwan.
Aspek ekonomi akan menjadi mesin pertumbuhan sebagian besar kawasan Asia selama satu dekade ke depan. Karena itu, penting bagi mereka menjadi pelopor dalam ranah AI.
Meskipun begitu, saya juga sering bepergian ke Barat dan merasa terkesan dengan tingkat komitmen dari pemerintah dan industri mereka terhadap AI.
Ini semua merupakan tanda positif, bahwa suatu keseimbangan global sedang terbentuk terkait dominasi AI. Hal ini penting agar jiwa kompetitif tetap terjaga dan sehingga tidak ada monopoli yang akan muncul dalam bidang yang vital ini.
(Artikel ini pertama kali dipublikasikan dalam Bahasa Inggris. Isi di dalamnya telah diterjemahkan dan dimodifikasi oleh Diaz Praditya sesuai dengan standar editorial Tech in Asia Indonesia. Diedit oleh Fairuz Rana Ulfah )
This post [Opini] 4 Negara Pusat Inovasi AI di Asia Selain Cina appeared first on Tech in Asia.
The post [Opini] 4 Negara Pusat Inovasi AI di Asia Selain Cina appeared first on Tech in Asia Indonesia.
Source: Inspirasi