[Opini] Cara Menentukan Gaji para Founder Startup
Memulai bisnis merupakan suatu tindakan yang jauh berbeda dari menghasilkan pendapatan dengan menjadi karyawan. Perubahan tersebut juga menciptakan tantangan di mana kamu harus merelakan kehilangan gaji besar dan sumber pendapatan yang stabil.
Banyak orang bertanya, “Apakah ini berarti saya harus menunggu hingga akhir tahun untuk menerima gaji?” “Bagaimana saya membayar kebutuhan sehari-hari?” Kekhawatiran ini merupakan hal yang biasa dirasakan oleh para founder startup ketika mereka mulai membangun perusahaan.
Di artikel sebelumnya, saya menulis tentang mengapa skema gaji bukan cara terbaik bagi para founder untuk mendapat penghasilan. Dalam artikel ini, saya akan mencoba mengisi celah pengetahuan tentang bagaimana skema gaji para founder dapat dibuat dengan lebih terstruktur.
Gaji pokok founder
Izinkan saya memulai dengan memberikan gambaran tentang bagaimana founder dapat menggaji dirinya sendiri. Pada dasarnya, ada dua jenis skema pembayaran:
- untuk pekerjaan, dan
- untuk investasi.
Pembayaran untuk pekerjaan biasanya berwujud gaji. Karena para founder bekerja untuk startup yang ia bangun, tentu saja menerima kompensasi berupa gaji merupakan hal yang lumrah. Namun menentukan besar gaji tidak mudah, beberapa founder bahkan menghancurkan persahabatan di antara para co-founder karena perkara ini!
Pembayaran untuk investasi biasanya dilakukan dalam bentuk dividen. Bentuk paling sederhana pembagian dividen yaitu dengan membagi rata berdasarkan nilai saham yang dimiliki investor. Cara ini relatif lebih mudah karena masing-masing orang mengetahui nilai saham yang dimiliki setiap pihak.
Namun, jika kamu tidak mengetahui nilai saham yang kamu punya atau jumlah saham yang beredar untuk startup milikmu, kamu sebaiknya mulai merasa khawatir dan pikirkan lagi tentang bisnis yang kamu jalankan.
Pembayaran untuk pekerjaan
Mendapat gaji pada akhir bulan merupakan hal yang lazim terjadi ketika kamu bekerja di suatu perusahaan. Hal ini juga diajarkan di sekolah dan ini juga yang kamu alami ketika bekerja untuk orang lain.
Saya sudah menyinggung perihal ini di artikel sebelumnya, sebagai founder, kamu sebaiknya tidak mematok gaji yang tinggi untuk dirimu sendiri. Metode ini tidaklah efisien, berikut alasannya.
Membuat struktur skema pembayaran atas kerja kamu
Saya tidak akan secara detail membahas kompleksitas struktur gaji, karena hal ini cukup rumit. Selain itu, berdasarkan pengalaman saya, tidak ada satu solusi sempurna yang bisa diterapkan di semua kondisi.
Meski demikian, ada beberapa hal mendasar yang patut kamu ketahui. Susun skema gaji kamu menjadi dua bagian:
- gaji pokok, dan
- gaji berdasarkan performa kerja.
Apa perbedaan di antara keduanya? Gaji pokok merepresentasikan gaji minimum untuk kamu dan para co-founder lain (dengan asumsi kalian juga bekerja di startup tersebut). Sementara skema gaji berdasarkan performa berhubungan dengan kinerja kamu dan para co-founder selama bulan, seperempat tahun, atau setahun masa kerja.
Mengapa saya merekomendasikan skema ini?
Pertama, gaji bisa membuat kamu dan para co-founder kehilangan motivasi untuk bekerja lebih keras. Jika semua orang mendapatkan jumlah gaji yang sama setiap bulannya, kamu akan mulai meragukan beban kerja kolega lain. Dalam hitungan tahun, kamu akan mulai meragukan hubungan kalian, dan pada akhirnya perusahaan mulai tumbang karena ketidakpercayaan.
Kedua, dengan berfokus pada pembayaran berdasarkan performa, tiap individu akan bekerja menuju satu arah bisnis yang sama. Tidak ada tebak-tebakan berkat sistem scorecard (rekam jejak statistik untuk mengukur pencapaian kinerja seseorang). Tidak ada keraguan, karena semua jelas terukur dan telah disepakati.
Dan tentu saja, skema pembayaran berdasarkan performa seharusnya sejalan dengan pendapatan dan dana yang startup kamu miliki. Jika kamu membayar dengan angka yang besar untuk kinerja tertentu, bisa jadi performa tersebut hanya bertahan sementara waktu.
Pembayaran untuk investasi
Ketika berbicara tentang pembayaran karena investasi, biasanya, kita akan langsung menghubungkan hal ini dengan dividen. Ya, saat itu investasi yang kamu terima masuk jadi modal perusahaan.
Sebenarnya ada banyak cara melakukan investasi di suatu perusahaan. Jenis investasi yang bisa kamu gunakan untuk membangun startup milikmu antara lain yang memungkinkan investor memperoleh hak suara, mendapatkan jaminan pengembalian, pendapatan bunga, dan lain-lain.
Instrumen ekuitas adalah aspek penting yang perlu dipahami para founder. Hal ini dapat membantu kamu menciptakan skema manfaat bagi karyawan dan distribusi keuntungan.
Dan tentu saja, dalam kasus-kasus tertentu, investor pihak ketiga sebenarnya tidak perlu mendapatkan hak suara, bukan? Dengan mengetahui perbedaan saham dan apa saja yang melekat padanya akan membantu kamu membuat kesepakatan yang lebih baik.
Mengawinkan keuntungan dengan kepemilikan saham
Ciptakan rasa percaya sebagai fondasi untuk memotivasi kamu, para co-founder, dan bahkan karyawan. Kepercayaan tidak bisa dinilai dengan uang, sehingga harus diubah menjadi suatu yang nyata atau sepadan agar berjalan dalam jangka waktu lama.
Bonus kepemilikan saham sudah ada sejak lama. Banyak startup mengizinkan karyawannya untuk menerima bagian saham perusahaan dengan ketentuan tertentu (secara teknis, hal ini disebut vesting, yaitu saham perusahaan yang dimiliki oleh karyawan baik ketika masih bekerja di perusahaan tersebut atau sudah keluar).
Karena dapat memberikan rasa kepemilikan, sehingga mendorong mereka menginvestasikan lebih banyak waktu dan usaha ke bisnis.
(Saya tidak akan banyak membahas tentang hal ini untuk menghindari pengulangan, tetapi sebagai peringatan: hukum di negara-negara Barat belum tentu sama dengan negara kamu. Jadi berhati-hatilah. Saya mengerti, tidak banyak yang menulis tentang hal ini dalam konteks Asia. Kebanyakan masih berasal dari perspektif Silicon Valley. Jadi sebaiknya carilah saran terlebih dahulu sebelum melanjutkan).
Mengapa bonus saham? Karena dapat memberikan rasa kepemilikan, sehingga mendorong mereka menginvestasikan lebih banyak waktu dan usaha ke bisnis. Dan tentu saja, untuk para founder, agar lebih keras lagi dalam bekerja.
Bukankah akan terasa lebih bermakna jika kamu mendapatkan lebih banyak “kepemilikan” setelah bekerja keras? Namun tetaplah berhati-hati terhadap pembagian saham tersebut.
Tunggu, di artikel sebelumnya kamu baru saja mengatakan saya sebaiknya tidak digaji?
Ya, benar sekali. Pemberian gaji berdasarkan performa kerja bukan berarti selalu dalam bentuk tunai.
Ada banyak cara menyusun skema gaji. Pikirkan dan pelajari lagi dengan lebih mendalam. Prosesnya mungkin akan melibatkan banyak bidang ilmu seperti akuntansi, keuangan, hukum, ekonomi, dan manajemen sumber daya manusia yang sulit.
Hingga saat itu tiba, saya berharap yang terbaik untuk startup kamu. Tinggalkan komentar atau jika kamu punya pertanyaan silakan sampaikan di halaman Facebook, Ask the Accounting Advisor.
(Artikel ini pertama kali dipublikasikan dalam Bahasa Inggris. Isi di dalamnya telah diterjemahkan dan dimodifikasi oleh Fairuz Rana Ulfah sesuai dengan standar editorial Tech in Asia Indonesia. Diedit oleh Iqbal Aria Kurniawan)
This post [Opini] Cara Menentukan Gaji para Founder Startup appeared first on Tech in Asia.
The post [Opini] Cara Menentukan Gaji para Founder Startup appeared first on Tech in Asia Indonesia.
Source: Entrepreneur Life