MDI Ventures, “Kami Ingin Jadi Softbank-nya Indonesia”
Apa konglomerat dalam negeri dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia? Grup Astra? Djarum? Sampoerna? Salim? Apabila masing-masing konglomerat itu dibandingkan, besaran kapitalisasi pasar tiap grup masih lebih kecil daripada milik jajaran BUMN.
Klaim ini diungkapkan oleh Aldi Adrian Hartanto, Head of Strategic MDI Ventures yang merupakan perusahaan modal ventura milik Grup Telkom (salah satu BUMN). Menurut Aldi, apabila market cap seluruh perusahaan BUMN digabungkan, potensi nilainya hampir mencapai US$100 miliar (sekitar Rp1,4 kuadriliun).
Potensi kapitalisasi pasar yang demikian besar membuat keterlibatan BUMN di sektor permodalan startup Indonesia, bahkan mungkin di kawasan Asia, jadi kian menarik.
Dari perbincangan singkat Tech in Asia Indonesia dengan Aldi, kami mendapati beberapa hal menarik, antara lain:
- Ketertarikan BUMN terhadap iklim investasi startup,
- Tantangan sektor bisnis telekomunikasi, hingga
- Keinginan untuk mendorong corporate venture capital mengambil peran lebih besar dalam ekosistem startup Indonesia.
Usaha diversifikasi perusahaan telekomunikasi
Sebagai perusahaan modal ventura, nama MDI Ventures kian terdengar setelah mereka berinvestasi pada startup analisis media sosial Sonar, yang kemudian berlanjut pada pendanaan Ematic Solution serta Kata.ai. Apa yang diupayakan Telkom melalui MDI Ventures ini mirip dengan inisiatif perusahaan asal Jepang, Softbank, yang awalnya sama-sama berasal dari sektor bisnis telekomunikasi.
Sebagai salah satu BUMN dengan kapitalisasi pasar tertinggi di bursa saham Indonesia, Telkom juga menghadapi situasi pasar yang dilematis. Di satu sisi mereka memiliki perputaran uang yang cukup besar, namun di sisi lain mereka dituntut jeli melakukan diversifikasi bisnis seefisien mungkin.
Menurut Aldi pernah tergabung di Mandiri Capital, Fenox Capital, dan GnB Accelerator, upaya diversifikasi bisnis pada sektor telekomunikasi saat ini merupakan keharusan yang tak terbantahkan.
Tantangan pengembangan bisnis telekomunikasi makin membesar. Perusahaan tak lagi bisa menggantungkan diri pada model bisnis tradisional, seperti jual beli pulsa seluler untuk telepon atau SMS, dan semacamnya.
Situasi ini mendorong para pelaku industri telekomunikasi untuk memperoleh laba dengan cara lain. Beberapa di antaranya dengan cara berinvestasi ke ranah payment gateway, hingga memutar uang di ranah investasi permodalan.
Aldi menyebutkan bahwa semua perusahaan telekomunikasi di seluruh dunia saat ini dihadapkan pada situasi pasar yang terus menyusut. Masing-masing pihak perlu merambah sektor bisnis lain agar dapat menopang usaha yang ada. Salah satu kasus menarik adalah AT&T Amerika Serikat yang membeli Time Warner untuk memperpanjang jangkauan bisnisnya ke sektor penyediaan konten hiburan.
“Tantangan yang MDI Ventures hadapi sekarang adalah bagaimana kejelian dalam melihat peluang investasi bisa mendatangkan timbal balik positif, dengan risiko yang terkalkukasi secara baik melalui sinergi bisnis dengan Telkom.”
MDI Ventures memang baru mulai resmi beroperasi sejak 2016 lalu, namun hal itu tidak menghambat mereka untuk aktif memberikan investasi dalam kurun waktu dua terakhir. Beberapa di antaranya adalah pendanaan senilai US$10 juta (sekitar Rp130 miliar) untuk aCommerce, hingga yang terkini, pendanaan Seri B untuk Kredivo dengan nilai mencapai US$30 juta (sekitar Rp435 miliar).
Atas beberapa strategi pendanaan tersebut, MDI Ventures bertekad mengikuti jejak Softbank dari Jepang. Kini Softbank telah menjadi salah satu perusahaan paling aktif dalam sektor permodalan startup di seluruh dunia.
Aldi hendak membidik ranah investasi untuk startup di tahap growth hingga late stage, dengan kisaran patungan penggalangan dana sebesar US$20-60 juta (sekitar Rp280-840 miliar). Hal ini dilakukan agar pihaknya bisa selevel dengan pemain modal ventura korporasi besar lain yang dominan di Asia Tenggara, seperti Alibaba atau Tencent.
BUMN lain ikut melirik ranah pendanaan startup
Langkah yang dilakukan Telkom melalui MDI Ventures rupanya juga menarik minat beberapa perusahaan pelat merah lain untuk turut berpartisipasi di sektor permodalan ventura. Beberapa BUMN, mulai dari bidang jasa keuangan hingga sektor riil, mulai melirik ranah pendanaan modal.
“MDI Ventures sebagai pionir industri corporate venture capital di kalangan BUMN Indonesia sering menjadi tempat studi banding dan menginspirasi perusahaan pelat merah lain yang memiliki ketertarikan untuk mendirikan bisnis sama,” ungkap Aldi.
“Melihat kondisi di lapangan, kalangan BUMN Indonesia berpeluang untuk menyediakan VC fund yang sangat potensial untuk perkembangan ekosistem startup, baik untuk dalam maupun luar negeri.”
Salah satu faktor yang menurut Aldi menjadi alasan ketertarikan BUMN ini adalah dampak investasi perusahaan modal ventura yang bisa memberikan return positif. Fleksibilitas jangka waktu pengelolaan dana serta timing ekosistem startup yang tampak menjanjikan belakangan ini membuat bisnis VC tampak kian menarik.
Aldi menjelaskan bahwa keberadaan perusahaan modal ventura maupun inisiatif VC fund dari kalangan BUMN ini mungkin tidak akan langsung berjalan dalam waktu dekat, melainkan dalam satu atau dua tahun ke depan.
(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)
This post MDI Ventures, “Kami Ingin Jadi Softbank-nya Indonesia” appeared first on Tech in Asia.
The post MDI Ventures, “Kami Ingin Jadi Softbank-nya Indonesia” appeared first on Tech in Asia Indonesia.
Source: Inspirasi