M. Hakim Delftian Kurniawan, Cara Baru Menikmati Durian
Berulang kali gagal membangun bisnis tak membuat Muhammad Hakim Delftian Kurniawan menyerah. Mulai dari berdagang keripik, jual-beli tongsis, berjualan rokok elektrik, impor-ekspor alat kesehatan, sampai bergabung dengan MLM. Semuanya gagal. Hanya bertahan 2-3 bulan. Dari kegagalan itu, Hakim justru memetik pelajaran berharga: bagian mana saja yang harus diperbaiki.
Kini, anak muda berusia 23 tahun itu menjadi CEO perusahaan makanan camilan yang tengah berjaya. Namanya: Bau Duren, yang ia rintis tahun 2015. Saat ini, perusahaan yang beralamat di Jl. Kol. Masturi 163, Cipageran, Cimahi, Bandung, ini meraup omset miliaran rupiah per tahun dan memiliki 70 agen yang tersebar di seluruh Indonesia.
Bau Duren berawal dari ide: bagaimana mengonsumsi buah durian tanpa perlu repot mengupas kulitnya tetapi rasanya tetap nikmat dan dapat tahan lama. Inilah diferensiasi yang ditawarkan Hakim. “Kami mencoba menyajikan durian dengan cara baru, yaitu daging durian yang sudah dilepas dari kulitnya, kemudian dimasukkan dalam kemasan, berupa durian dalam cup dan pancakedurian. Ada juga durian campuran dengan resep khusus sehingga lebih nikmat.”
Hakim menyadari, rentetan kegagalan bisnis sebelumnya terjadi karena ia terlalu memikirkan keuntungan semata. Padahal, yang terpenting adalah bagaimana bisnisnya bermanfaat bagi orang banyak. “Kalau bermanfaat, dengan sendirinya keuntungan akan datang,” ungkapnya.
Bermodal Rp 4 juta, ia memulai usaha ini. Ia membeli durian dari pemasok besar di Medan, memanfaatkan jejaring sosial yang dimilikinya. Kemudian, ia mendistribusikannya dari tempat tinggalnya di Bandung. “Saya membeli durian asli dari Medan, lalu saya packing dan distribusikan sendiri. Di bulan-bulan awal ujian berat bagi saya, omset tidak pernah naik, hanya Rp 3 juta sebulan, hampir tutup lagi. Lalu, saya berstrategi untuk memanfaatkan jaringan bisnis yang lampau. Beberapa pembeli saya yang dulu saya tawari menjadi agen.”
Di Indonesia, Bau Duren disebutnya sebagai pionir makanan durian yang disajikan dalam bentuk cup. Sekarang, cukup banyak usaha serupa. Namun, ia tak cemas karena percaya diri produknya memiliki ciri khas. “Justru kompetitor bisa menegaskan eksistensi Bau Duren. Kami juga punya andalan, yaitu beberapa durian yang di-mix. Kami punya resep rahasia sendiri dan selalu bermain di harga,” Hamim menjelaskan.
Bau Duren dijual dalam dua varian, yaitu durian dalam cup dan pancake durian. Untuk ukuran 100 gram dibanderol Rp 15 ribu, 200 gram Rp 25 ribu. Ketahanan produk bervariasi, bisa tahan sampai 50 hari bila disimpan pada suhu freezer (- 24 derajat C), dua hari di kulkas, 12 jam di sterofoam, dan empat jam di ruang terbuka.
Mengangkat buah durian sebagai andalan artinya memasuki pasar para penggemar durian yang jumlahnya cukup banyak di Indonesia. “Target pasar luas, ya para pencinta durian, bahkan sampai orang lanjut usia. Tetapi, yang pasti usia sekitar anak SMP sampai 40 tahun. Rata-rata mereka bisa memborong 4-5 cup sekali beli,” ungkapnya.
Strategi pemasaran Bau Duren adalah memanfaatkan agen penjual. Sekarang sudah ada 70 agennya, yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka bisa meraup omset minimal Rp 30 juta sebulan. “Para agen ini beli putus, jadi seperti resellerbesar. Ada juga yang awalnya dari konsumen minta jadi agen. Mereka bisa titip jual di tempat ritel dan menjadi tanggung jawabnya. Tetapi, harus mengikuti berdasarkan pembagian wilayahnya. Misalnya, agen di daerah Jatinangor tidak menjual di ritel daerah lain,” katanya.
Menurut Hakim, berbisnis durian penuh risiko karena durian adalah buah musiman. Perlu perencanaan matang, yakni harus melakukan stok durian ketika sedang tidak musim. Stok Bau Duren sekitar 30 ton durian per tahun.
Hakim ingin terus memperbanyak agen di seluruh wilayah. Tahun ini, ia mematok omset sebesar Rp 12 miliar. Ia juga akan mengaktifkan inovasi barunya, yaitu Lady Bau Duren dan penjualan freezer kepada para agen. “Tantangan ada di channel distribusi, maka kami akan terus kembangkan itu. Menurut saya, masih banyak komoditas yang belum disentuh oleh pemain besar, sehingga bisa menjadi peluang. Anak-anak muda atau pemula harus jeli melihat ini,” tutur pria kelahiran Surakarta tahun 1993 ini.
Salah satu agen Bau Duren di Jatinangor, Naufal Imadudin (23 tahun), mengungkapkan, omset yang diraihnya sekitar Rp 75 juta per bulan. Setiap hari ia membeli dua boks; tiap boks berisi 120 pcs. Agar bertahan di antara para kompetitor, Naufal menyarankan agar Bau Duren memperbanyak lagi inovasi, terutama dalam variasi produk. “Saya berharap Mas Hakim terus menciptakan hal baru. Tidak hanya pancake, tetapi ada yang baru lagi berikutnya supaya bisa terus memperbanyak pelanggan,” demikian sarannya.(*)
Sumber Berita : http://swa.co.id/youngster-inc/entrepreneur-youngsterinc/m-hakim-delftian-kurniawan-cara-baru-menikmati-durian
by Yosa Maulana