Apa Rencana Baru Lazada untuk Pasar Indonesia? Temukan di TIA Jakarta 2017!
Lazada bukan lagi pemain baru di Asia Tenggara. Platform belanja online ini telah beroperasi di enam negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Lazada telah memenuhi kebutuhan 560 juta pelanggan.
Kamis tanggal 2 November nanti, CEO Lazada Max Bittner akan bergabung di sesi Fireside Chat Main Stage Tech di Asia Jakarta. Max akan berbagi insight dan rencana masa depan Lazada untuk Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, Lazada semakin kuat di Asia Tenggara dan berhasil beralih dari model penjualan langsung (direct sales) ke marketplace yang dinamis bagi pembeli dan penjual.
Hubungan antara Alibaba dan Lazada
Alibaba telah banyak berinvestasi di Lazada, sebanyak US$1 miliar (sekitar Rp13,5 triliun) dikucurkan untuk meningkatkan saham Lazada menjadi 83 persen.
Salah satu fokus pasar yang menarik perhatian adalah Indonesia, di mana ekonomi digital diprediksikan akan tumbuh dalam beberapa tahun ke depan. Perekonomian digital Asia Tenggara diproyeksikan bernilai US$200 miliar (sekitar Rp2,7 kuadriliun) pada tahun 2025, dan Indonesia siap mengambil bagian sebesar 52 persen.
Dengan kesuksesan Alibaba dan pertumbuhan yang pesat di China selama bertahun-tahun, Lazada berada di tempat yang baik untuk belajar dari pengalaman Alibaba dalam upaya memperluas pangsa pasar e-commerce di Indonesia.
Tantangan dan solusi
Salah satu cara Lazada menjalankan rencananya adalah dengan menyediakan solusi logistik yang lebih baik. Biaya logistik masih tetap tinggi di Indonesia, karena kualitas dan kuantitas pembangunan infrastruktur yang kurang memadai. Lazada yakin bahwa mereka bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan strategi dan eksekusi lokal.
Di sisi lain, rencana tersebut juga didukung melalui aliansinya dengan Alibaba. Kedua perusahaan tersebut berada pada tahap awal untuk mengintegrasikan armada logistik Alibaba, Cainiao Network, dan Lazada melakukan perdagangan lintas batas dengan baik. Hal tersebut membuat aliansi mereka semakin strategis.
Tantangan lain untuk Lazada adalah sistem pembayaran nontunai di Indonesia. Berdasarkan penelitian KPMG yang dipublikasikan pada bulan Januari 2017, sekitar 96 persen penduduk Indonesia tidak memiliki kartu kredit. Berbanding terbalik dengan China, di mana pembayaran nontunai adalah raja, dan hampir semua orang menggunakan smartphone untuk melakukan pembayaran.
Mengedukasi konsumen Indonesia untuk beralih ke sistem pembayaran nontunai membutuhkan waktu yang tidak sedikit, tapi aliansi Alibaba-Lazada sudah selangkah lebih maju ketimbang merger HelloPay Group – perusahaan di balik Hellopay, platform pembayaran online Lazada – dan afiliasi keuangan Alibaba, Ant Financial. Merger tersebut diharapkan dapat meningkatkan solusi pembayaran HelloPay.
Apa langkah Lazada selanjutnya?
Baik Alibaba maupun Lazada memiliki masa depan yang menarik di Indonesia, negara dengan total populasi penduduk lebih dari 260 juta jiwa. Jadilah yang pertama yang mendengar rencana Lazada untuk Indonesia langsung dari Max Bittner. Jangan lewatkan sesi Fireside Chat bersama Max di Jakarta Convention Center pada tanggal 2 November nanti, ya!
(Diedit oleh Septa Mellina)
The post Apa Rencana Baru Lazada untuk Pasar Indonesia? Temukan di TIA Jakarta 2017! appeared first on Tech in Asia Indonesia.
Source: Inspirasi