skip to Main Content

Berawal dari Surabaya, Matakota Berniat Jadi Platform Smart City untuk Seluruh Indonesia


Founder: Erick Karya, Gita Hanandika
Industri: aplikasi smart city
Status pendanaan: telah meraih pendanaan dari angel investor

  • Matakota merupakan aplikasi smart city yang memungkinkan masyarakat dan pemerintah untuk memasukkan berbagai macam informasi
  • Kamu bisa berbagi informasi seputar kemacetan lalu lintas, kejadian bencana alam, tindak kriminal, informasi anak hilang, dan sebagainya.
  • Aplikasi Matakota juga dilengkapi dengan fitur Panic Button, yang bisa digunakan pengguna untuk memanggil aparat terkait ketika menghadapi situasi berbahaya.
  • Ke depannya, Matakota akan menghadirkan fitur Early Warning System, yang bisa mengurangi jumlah korban ketika terjadi bencana.
  • Matakota juga berniat menghadirkan teknologi CCTV yang bisa memprediksi tingkat kemacetan atau kondisi cuaca dengan teknologi image recognition.

button ulasan startup


Demi menjadi kota yang menyandang status Smart City dan memanjakan para penduduknya, beberapa pemerintah daerah di Indonesia telah melakukan beberapa inovasi berbasis teknologi. Mereka pun menghadirkan hal-hal seperti aplikasi pengaduan, hingga menempelkan perangkat Internet of Things (IoT) di beberapa lokasi dan aset milik pemerintah. Hal ini mereka lakukan baik dengan cara membuatnya sendiri, atau dengan menggandeng pihak ketiga.

Namun menurut seorang karyawan BUMN bernama Erick Karya, apa yang telah dilakukan para pemerintah daerah tersebut masih belum cukup.

“Aplikasi yang dikembangkan saat ini lebih menciptakan suasana mengadu dan mengeluh dengan fitur pelaporan, bukan sebagai platform untuk membangun dan berbagi informasi,” tutur Erick kepada Tech in Asia Indonesia.

Dari keresahan tersebut, Erick dan seorang developer bernama Gita Hanandika pun memutuskan untuk membuat sebuah startup smart city yang diberi nama Matakota. Serupa dengan startup smart city lain, mereka juga mengandalkan penggunaan perangkat IoT dan aplikasi mobile.

Merasa yakin dengan perkembangan startup yang tengah ia bangun, Erick bahkan sampai keluar dari pekerjaan tetapnya.

“Saya memutuskan untuk keluar meski posisi terakhir saya adalah sebagai pimpinan. Menurut saya, menunggu pensiun bukanlah pilihan yang tepat di era millennial seperti sekarang. Kita justru harus terjun langsung dalam perubahan tersebut dengan berkontribusi pada masyarakat,” ujar Erick.

Menghadirkan layanan berbagi informasi hingga Panic Button

Matakota | Tim New

Tim matakota (kiri ke kanan): Erick Karya (CEO), Gita Hanandika (CTO), Fely Ulya (CMO), Ardhi W. (Backend Developer)

Matakota sendiri memulai pengembangan produk mereka sejak bulan November 2016. Mereka akhirnya berhasil meluncurkan aplikasi mobile untuk perangkat Android pada akhir bulan Maret 2017. Saat ini, mereka pun tengah berencana untuk meluncurkan aplikasi untuk platform iOS.

Lewat aplikasi tersebut, masyarakat dan pemerintah bisa memasukkan berbagai macam informasi, seperti:

  • kemacetan lalu lintas
  • kejadian bencana alam
  • tindak kriminal
  • informasi anak hilang

Aplikasi Matakota juga dilengkapi dengan fitur Panic Button, yang bisa digunakan pengguna untuk memanggil aparat terkait ketika menghadapi situasi berbahaya. Untuk memastikan keabsahan penggunaannya, akun para pengguna pun akan diverifikasi dengan nomor e-KTP.

“Ke depannya, kami juga akan menghadirkan fitur Early Warning System, yang bisa mengurangi jumlah korban ketika terjadi bencana,” jelas Erick.

Selain itu, pada tahun 2018 ini Matakota juga berniat menghadirkan teknologi CCTV yang bisa memprediksi tingkat kemacetan atau kondisi cuaca dengan teknologi image recognition. Untuk menghadirkan layanan bernama Mata Live tersebut, Matakota pun berniat menggandeng beberapa perusahaan dengan CCTV yang menghadap ke jalan.

Saat ini, Matakota mengaku baru mempunyai tiga ribu pengguna aktif bulanan (MAU), yang mayoritas merupakan pengguna yang rutin berbagi informasi tentang kemacetan lalu lintas. Mereka menargetkan untuk bisa mendapat tambahan 200 ribu pengguna baru setelah peluncuran fitur Mata Live tersebut.

“Kami telah mendapat 50 IP Camera yang merupakan hibah dari salah satu perusahaan penyedia layanan internet (ISP) di Surabaya, untuk melakukan pilot project di kota tersebut. Kami pun telah mendapat akses ke kamera pribadi milik beberapa gedung bertingkat,” tutur Erick.

Lakukan monetisasi dari penjualan beacon dan iklan

Matakota | Screenshot

Sebagi informasi, Matakota menghadirkan segala fitur mereka untuk masyarakat dan pemerintah daerah secara gratis. Mereka hanya mengambil pemasukan dari penjualan beacon, alias alat pemancar kecil yang mereka pasang di berbagai lokasi. Selain itu, mereka juga mendapat pemasukan dari pemasangan iklan (premium ads).

“Saat ini, kami telah menjual 850 beacon yang kami banderol Rp350 ribu untuk setiap perangkat. Teknologi beacon tersebut dikembangkan oleh startup asal Surabaya yang bernama Cubeacon,” terang Erick.

Saat ini, Matakota mengaku telah melakukan MoU dengan Pemerintah Kabupaten Probolinggo, dan telah memasang beacon di beberapa kantor instansi pemerintah di Probolinggo dan Bangka Belitung. Di tahun 2018 ini, mereka menargetkan untuk bisa menjalin kemitraan dengan lima pemerintah daerah lain, dan puluhan perusahaan swasta.

Matakota mengaku telah mendapat pendanaan dari seorang angel investor, dan akan mendapat pendanaan dari ISP yang membantu mereka mengembangkan fitur Mata Live. Untuk beroperasi, Matakota baru mempunyai lima orang karyawan, yang sudah termasuk para founder.


Matakota sadar bahwa mereka bukanlah satu-satunya startup yang berusaha membantu pemerintah daerah di Indonesia untuk menjadi smart city. Beberapa pemerintah daerah bahkan telah membuat sistem mereka sendiri, atau menggunakan layanan startup lain seperti Qlue.

“Ketika coba mendekati pemerintah daerah, sering ada resistensi karena adanya sistem serupa yang telah mereka miliki. Untuk itu, kami berniat untuk lebih gencar melakukan sosialisasi, bahwa kami merupakan sistem yang bisa digunakan di seluruh Indonesia, dan gratis,” pungkas Erick.

(Diedit oleh Septa Mellina)

This post Berawal dari Surabaya, Matakota Berniat Jadi Platform Smart City untuk Seluruh Indonesia appeared first on Tech in Asia.

The post Berawal dari Surabaya, Matakota Berniat Jadi Platform Smart City untuk Seluruh Indonesia appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: Inspirasi

Back To Top