Crewdible Bantu Toko Online Mengurus Masalah Operasional
Founder: Dhana Galindra
Industri: layanan end to end e-commerce
Status pendanaan: bootstraping
- Crewdible merupakan sebuah platform yang menghubungkan antara pedagang online dengan pemilik gudang atau ruang kosong.
- Pemilik toko cukup mengantar stok barang-barang dagangannya ke gudang yang menjadi mitra Crewdible.
- Crewdible akan mengawasi stok barang dan mengirimkan barang ke konsumen bila ada pemesanan.
- Crewdible memiliki layanan gudang bersama untuk bisnis skala menengah, serta solusi untuk mendominasi pasar bagi bisnis skala besar.
Sebagai pekerja kantoran, Dhana Galindra harus masuk kantor pukul sembilan pagi dan pulang pukul lima sore. Setelahnya, mulai pukul tujuh malam, ia mengurus toko online yang menjadi bisnis sampingannya. Mulai dari mengawasi stok barang, melakukan packaging, dan mengantar barang pesanan konsumen ke agen logistik.
Menjalani rutinitas seperti itu setiap harinya membuat Dhana merasa kelelahan. Pengalaman pribadi inilah yang kemudian mendorongnya mendirikan Crewdible, sebuah platform yang menghubungkan antara pedagang online dengan pemilik gudang atau ruang kosong.
Melalui platform ini, pemilik toko online tak perlu lagi repot mengurus packaging barang pesanan atau mengantar barang ke tempat agen logistik.
Bagaimana cara kerjanya?
- Pemilik toko cukup mengantar stok barang-barang dagangannya ke gudang yang menjadi mitra Crewdible.
- Pengelola gudang bertanggung jawab untuk mengawasi stok barang.
- Jika ada pesanan masuk dari pemilik toko online, Crewdible juga bertugas melakukan packaging dan memproses pengiriman barang ke agen logistik atau penyedia jasa pengiriman lainnya.
Kami memang memiliki visi kalau jualan online enggak perlu diam di rumah, duduk dikelilingi kardus-kardus. Kami mau jualan online itu keren. Bisa sambil di pantai, sambil berbisnis.
Dengan adanya Crewdible, Dhana ingin menyelesaikan masalah kenyamanan yang dirasakan para pelaku bisnis, baik skala kecil hingga besar. Setiap segmen dari pelaku bisnis ini pun memiliki masalah berbeda, dan menurutnya Crewdible mampu menghadirkan solusi untuk permasalahan tersebut.
“Yang bisnis kecil, orang kerja full time enggak punya waktu. Itu menghabiskan waktu banget melakukan packaging, antre dalam proses pengiriman. Kami yang menangani semua itu. Begitu ada transaksi, mereka beritahu kami, kami yang kirim. Mereka enggak usah antre atau mengurus packaging lagi. Mereka urusin bisnisnya, kami yang bagian operasional,” jelasnya.
Untuk bisnis medium, Dhana melihat masalah yang dihadapi adalah belum kuatnya kemampuan finansial untuk mempekerjakan karyawan. Padahal, transaksi di toko mereka sudah mulai mengalami peningkatan.
Crewdible pun menawarkan solusi harga yang lebih murah karena menerapkan sistem yang bisa disebut sebagai gudang bersama. Artinya, dalam satu gudang bisa saja tak hanya diisi oleh barang dari satu penjual, namun juga mampu menampung barang dari penjual lain.
Sedangkan bagi pelaku bisnis besar, Crewdible menawarkan solusi untuk membantu mereka mendominasi pasar di seluruh Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena hingga kini Crewdible sudah memiliki 50 gudang mitra yang beroperasi di seluruh Indonesia.
“Pebisnis besar sudah memproduksi banyak barang dan barangnya laku. Tapi bagaimana mendominasi pasar dari Sabang sampai Merauke? Kami sediakan saluran distribusi di seluruh gudang kami. Jadi di mana pun konsumen berada, mereka bisa dapatkan barang tersebut tanpa harus order ke luar kota,” ucapnya.
Berbagi komisi dengan mitra gudang
Saat ini, Crewdible menarik komisi sebesar 3,5 persen dari nilai transaksi. Komisi 3,5 persen itu masih dibagi lagi, yakni delapan puluh persen untuk pemilik gudang dan dua puluh persen untuk Crewdible.
“Contoh, kalau harga barang Rp100 ribu, dipotong Rp3.500. Rp2.800 untuk si gudang, Rp700 untuk Crewdible. Kami gudangnya crowdsource semua karena menargetkan bisnis skala kecil dan menengah. Kalau mau menarget mereka, harganya harus masuk akal. Jadi, operasionalnya harus rendah. Bagaimana agar operasionalnya rendah? Enggak bisa bangun gudang sendiri, harus kerja sama dengan orang lain,” kata Dhana.
Saat ini, Crewdible memiliki mitra dari beragam profesi. Mulai dari ibu rumah tangga yang memang memiliki ruang kosong tak terpakai di rumahnya, mereka yang memang menjadi agen sebuah perusahaan logistik, hingga mereka yang sudah menjadi perusahaan besar dan memiliki karyawan.
Sebelum menjadi mitra gudang Crewdible, Dhana menuturkan pihaknya menerapkan beberapa kriteria. Seperti melakukan inspeksi gudang, yang dilanjutkan dengan penandatanganan kontrak dan latihan. “Kemudian mengikuti masa percobaan satu bulan. Kalau dinilai sanggup, bisa full beroperasi. Tapi kalau enggak, kami stop,” ujarnya.
Bersaing lewat tarif kompetitif
Dari model bisnis, apa yang dilakukan oleh Crewdible hampir sama seperti yang dilakukan oleh startup penyedia layanan end to end e-commerce lainnya seperti aCommerce dan Iruna. Meski begitu, Dhana menilai ada perbedaan segmen target pasar antara Crewdible dengan penyedia layanan sejenis lainnya.
Menurut Dhana, kompetitor membidik klien dari perusahaan besar karena mereka juga lebih banyak mengeluarkan modal seperti membangun gudang sendiri. Sementara Crewdible, lebih menyasar pelaku bisnis kecil dan menengah serta memberdayakan gudang miliki orang lain sebagai tempat stok barang dagangan.
“Kami bisa menargetkan usaha kecil dan menengah karena kami enggak punya operasional untuk mengurus gudang besar. Semua crowdsource, mengurus gudangnya masing-masing sehingga kami bisa kasih harga yang sangat kompetitif,” jelas Dhana.
(Diedit oleh Septa Mellina)
The post Crewdible Bantu Toko Online Mengurus Masalah Operasional appeared first on Tech in Asia Indonesia.
Source: Inspirasi