skip to Main Content

Laporan ANGIN: Kondisi dan Karakteristik Inkubator dan Akselerator Startup di Tanah Air


Ikhtisar
  • Dari sekitar 32 program pendukung perkembangan startup yang dianalisis oleh ANGIN, 19 di antaranya mempunyai hubungan dengan institusi lain, seperti perusahaan swasta, universitas, lembaga nirlaba, perusahaan modal ventura (VC), hingga pemerintah.
  • Sekitar 86 persen dari program yang mengaku bisa terus berjalan secara rutin, menyatakan bahwa mereka sangat tergantung pada pendanaan dari pihak ketiga seperti perusahaan swasta dan pemerintah.
  • Startup yang dipimpin oleh perempuan mempunyai peluang lima persen lebih besar untuk diterima masuk di program inkubator atau akselerator.

Pada tanggal 18 Mei 2018 ini, Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) merilis sebuah laporan yang berjudul Startup Assistance Organizations in Indonesia: Taxonomy and Landscape. Mereka mengidentifikasi 53 program pendukung perkembangan startup di tanah air, mulai dari inkubator, akselerator, hingga ecosystem builder.

Dalam laporan tersebut, ANGIN berusaha menjelaskan beberapa karakteristik dari program-program pendukung perkembangan startup yang ada di Indonesia, seperti bagaimana mereka mendapat keuntungan, dan seberapa besar peluang founder perempuan untuk masuk di program-program tersebut.

Pada tanggal 30 Mei 2018 nanti, mereka pun berniat untuk merilis laporan kedua yang fokus pada performa dan tantangan dari program pendukung perkembangan startup tersebut. Kedua laporan tersebut dibuat ANGIN bersama dengan Sasakawa Peace Foundation yang berasal dari Jepang.

Berikut ini adalah beberapa hal menarik dari laporan tersebut.

Beberapa jenis program pendukung perkembangan startup

ANGIN Report | Jenis Inkubator Akselerator

Inkubator

Inkubator adalah organisasi yang menawarkan dukungan untuk startup yang masih berada dalam tahap awal (early stage) atau pembuatan ide (idea stage). Program yang berlangsung selama enam hingga dua belas bulan ini akan membantu para startup untuk:

  • melakukan validasi terhadap ide mereka
  • melakukan uji coba di pasar
  • mengembangkan model bisnis
  • mendapatkan pengguna awal

Untuk layanan tersebut, para inkubator biasanya bisa memberikan pendanaan sekitar US$18.500 (sekitar Rp260 juta) untuk kepemilikan saham antara 10 hingga 15 persen. Ada juga beberapa inkubator yang tidak meminta sebagian saham, namun mengharuskan para peserta untuk membayar sejumlah biaya untuk operasional.

Akselerator

Akselerator adalah program yang ditujukan untuk startup tahap awal (early stage) hingga tahap menengah (mid stage). Mereka bisa membantu para startup tersebut dalam mempercepat pertumbuhan dalam sebuah program bimbingan intensif yang berlangsung sekitar tiga hingga empat bulan.

Untuk layanan tersebut, sebuah akselerator biasanya akan memberikan pendanaan sebesar US$50 ribu (sekitar Rp700 juta) untuk kepemilikan saham antara 10 hingga 20 persen.

Ecosystem Builder

Ecosystem Builder adalah sebuah program atau organisasi yang bisa membantu para founder untuk mengembangkan potensi mereka secara online maupun offline. Berbeda dengan inkubator dan akselerator, mereka biasanya tidak mengeluarkan lulusan secara berkala, tidak mengukur KPI dari founder startup yang bergabung dengan mereka, dan tidak meminta kepemilikan saham.

Ecosystem builder ini bisa berbentuk komunitas startup, co-working space, atau jaringan angel investor seperti ANGIN.

Selain jenis-jenis di atas, ada juga program pendukung perkembangan startup yang berbentuk kompetisi, bootcamp, serta workshop.

Mayoritas inkubator dan akselerator masih mencari model bisnis yang tepat

ANGIN Report | Inkubator Mengubah Model Bisnis

Menurut data ANGIN, sejak tahun 2013 hingga sekarang ada sekitar enam hingga sebelas program pendukung startup baru yang muncul setiap tahunnya. Namun mayoritas dari mereka justru harus menutup program, atau mengubah model bisnis dan struktur program di tengah perjalanan.

Sebagai contoh, ada beberapa program yang awalnya menghadirkan bimbingan di dalam sebuah kelas. Namun ketika merasa hal tersebut kurang efektif, mereka pun mengubahnya menjadi program yang mendorong founder untuk terjun langsung ke lapangan.

Dari sekian banyak program inkubator dan akselerator yang ada, ANGIN juga melihat bahwa beberapa layanan mereka sebenarnya serupa. Karena itu, mereka mendorong para program tersebut untuk berkomunikasi dan bekerja sama agar bisa bekerja dengan lebih efisien.

Mayoritas inkubator dan akselerator merupakan afiliasi dari perusahaan swasta atau universitas

ANGIN Report | Afiliasi Inkubator dan Akselerator

Dari sekitar 32 program pendukung perkembangan startup yang dianalisis oleh ANGIN, 19 di antaranya mempunyai hubungan dengan institusi lain. Beberapa ada yang mempunyai hubungan dengan pihak ketiga, seperti perusahaan swasta, universitas, lembaga nirlaba, perusahaan modal ventura (VC), hingga pemerintah.

Hubungan dengan perusahaan lain tersebut memang membuat program tersebut bisa berjalan di awal. Namun apabila tidak dijalankan dengan tepat, program seperti inkubator dan akselerator tersebut bisa jadi tidak akan memberikan keuntungan seperti yang diharapkan.

ANGIN Report | Pendapatan Inkubator dan Akselerator

Menurut data ANGIN, sekitar 86 persen dari program yang mengaku bisa terus berjalan secara rutin, menyatakan bahwa mereka sangat tergantung pada pendanaan dari pihak ketiga seperti perusahaan swasta dan pemerintah. Hanya sedikit program inkubator dan akselerator yang berhasil mendapat keuntungan baik dari hasil penjualan saham, pembayaran dari peserta, atau penyediaan jasa lainnya.

Founder perempuan mempunyai peluang lebih besar untuk masuk inkubator atau akselerator

ANGIN Report | Founder Perempuan di Inkubator

Di dalam laporan ANGIN, disebutkan bahwa hanya 17 persen dari para startup yang mendaftar untuk masuk inkubator dan akselerator, yang dipimpin oleh founder perempuan. Hal ini dianggap wajar karena secara umum memang startup tanah air yang dipimpin oleh perempuan lebih sedikit dari startup yang dipimpin oleh pria.

Namun ANGIN menemukan fakta menarik bahwa startup yang dipimpin oleh perempuan mempunyai peluang lima persen lebih besar untuk diterima masuk di program inkubator atau akselerator.

Ada dua alasan dari fenomena tersebut menurut ANGIN:

  • Adanya beberapa program yang memang hanya menargetkan founder perempuan.
  • Mayoritas program pendukung perkembangan startup tidak mempunyai proses seleksi yang ketat.

(Diedit oleh Septa Mellina)

This post Laporan ANGIN: Kondisi dan Karakteristik Inkubator dan Akselerator Startup di Tanah Air appeared first on Tech in Asia.

The post Laporan ANGIN: Kondisi dan Karakteristik Inkubator dan Akselerator Startup di Tanah Air appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: Inspirasi

Back To Top