Membaca Strategi Tokoh Politik Menatap Pilpres 2024
Merdeka.com – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil terang-terangan berminat maju sebagai calon presiden di Pemilu 2024. Sikap RK ini berbeda ketimbang para kandidat capres populer lainnya versi lembaga survei.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan misalnya, selalu menolak bicara Pemilu 2024. Begitu juga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang memilih fokus urus Covid-19.
Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKopi Kunto Adi Wibowo menilai, banyak tokoh belum mau deklarasi sebagai capres atau cawapres karena tiket Pilpres yang terbatas. UU Pemilu mensyaratkan ambang batas pencalonan presiden 20 persen dari kursi di DPR.
Dengan syarat ambang batas ini, diperkirakan paling banyak hanya akan ada tiga pasang capres-cawapres. Atau tiga jatah capres dan tiga jatah cawapres.
Para tokoh yang berniat maju di Pilpres, diyakini Kunto, masih bersifat menunggu dan melakukan penjajakan supaya memastikan mendapatkan tiket dari partai.
“Terutama problemnya adalah tiket. Kalau UU-nya tidak diubah kan berarti hanya sedikit partai yang bisa berkoalisi partai yang bisa memberikan tiket pada tokoh-tokoh ini,” ujar pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad ini kepada wartawan, Rabu (6/10).
Di luar kepala daerah, ada nama Puan Maharani yang digadang bakal diusung PDIP. Kemudian Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno diyakini bakal ikut berkontestasi. Namun, ketiganya belum pernah secara terang-terangan mengungkap minatnya maju.
Beberapa nama yang secara terang-terangan seperti Ridwan Kamil, hanya Plt Ketum PSI Giring Ganesha. Kemudian Ketum Golkar Airlangga Hartarto yang dalam keputusan partainya didorong untuk menjadi calon presiden.
Kunto kembali mencatat, seluruh nama tersebut tak satupun dapat dipastikan memiliki tiket untuk maju Pemilu 2024. “Sehingga tidak ada satupun yang bisa mendeklarasikan diri hari ini,” ujar Kunto.
Faktor Elektabilitas
Sementara itu, pengamat politik Ujang Komarudin menilai, banyak tokoh belum mendeklarasikan diri karena masih terganjal elektabilitas. Faktor keterpilihan ini penting untuk melengkapi dukungan partai.
Bila tokoh masih rendah elektabilitasnya dan tidak punya dukungan partai sudah deklarasi sebagai capres atau cawapres akan malu. Maka, lebih banyak memilih diam tetap sudah bergerak di bawah.
“Karena menyatakan maju, tapi elektabilitasnya rendah dan tak ada partai politik yang dukung, maka akan malu sendiri. Makanya banyak yang diam, tapi sudah bergerak mendekati rakyat,” ujar pengajar di Universitas Al-Azhar Indonesia ini.
Dalam Workshop Nasional PAN, RK mengaku berniat untuk ikut berkontestasi di tingkat nasional di 2024. Kang Emil, sapaannya, berniat bergabung dengan partai politik untuk memenuhi ambisinya itu.
“Kalau ada sebuah pintu terbuka misalkan dari partai PAN, saya Bismillah. Tapi kalau tidak, tidak masalah, karena Allah yang akan tentukan,” kata Ridwan disambut tepuk tangan ratusan kader PAN yang hadir.
Usai jadi pembicara, Kang Emil kembali menegaskan, niatannya untuk maju Pemilu 2024 saat ditemui wartawan. Menurut dia, setiap dukungan untuk maju Capres yang datang dari parpol tidak boleh ditolak.
“Mudah-mudahan, siapapun yang mendukung tidak boleh ditolak asal dukungannya baik. Saling menguatkan pastilah itu. Kerjasama politik yang kita tunggu-tunggu,” kata Emil.
Sebelum Emil, sudah ada Plt Ketum PSI Giring Ganesha yang mendeklarasikan diri sebagai capres 2024. Bahkan balihonya sudah tersebar dimana-mana. Niatan Giring maju ini direspon beragam. Banyak yang meremehkannya. Apalagi PSI tidak punya kursi di DPR RI.
Malu-malu
Sejumlah tokoh partai politik juga sudah mulai bertebaran menjual diri melalui baliho. Misalnya Ketua DPP PDIP dan Ketua DPR Puan Maharani, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, hingga Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Namun, Puan dan Airlangga belum ada pernyataan secara tegas bakal mencalonkan diri sebagai capres dan cawapres. Sementara, PKB mengakui akan mendorong Cak Imin sebagai capres atau cawapres di Pilpres 2024.
Erick Thohir menolak bicara tentang kemungkinan dirinya maju dalam kontestasi Pemilu 2024. Dia mengatakan, saat ini fokus pada kesehatan masyarakat yang tengah dilanda pandemi Covid-19.
“Saya rasa gini, ini konteksnya sama-sama sepakat. Hari ini, kan rakyat masih susah kesehatan, ekonomi. Kita lebih fokus saja,” kata Erick saat menghadiri Workshop Nasional DPP Partai PAN, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (5/9).
Erick menilai, Pemilu 2024 masih jauh. Saat ini, kata dia, lebih penting memikirkan pekerjaan ketimbang persoalan lainnya. “Tentu, 2024 masih lama, yang penting fokus kerja dan kita memastikan lagi ekonomi kita bangkit,” kata Erick.
Mirip dengan Erick, Ganjar mengaku tidak ingin memikirkan soal pencapresan saat sedang disibukan dengan pandemi Covid-19.
Dia bilang, saat ini sedang fokus mengurus berbagai macam kesulitan masyarakat, khususnya terkait pandemi.
“Saya ngurus vaksin dulu, saya ngurus orang yang hari ini kesulitan, saya harus menerima aduan masyarakat UMKMnya tidak jalan, kredit macet, bst (bantuan sosial tunai) enggak sampe, itu aja dong,” ujar Ganjar menjawab pertanyaan netizen dalam tayang YouTube, Selasa (17/8).
Oleh sebab itu, ia menilai tidak pantas sudah memikirkan mengenai Pilpres. Di saat masyarakat tengah kesusahan.
“Enggak pantas mikirin yang lain rakyat lagi susah,” katanya. (mdk/rnd)
Sumber
The post Membaca Strategi Tokoh Politik Menatap Pilpres 2024 appeared first on Universitas Al Azhar Indonesia.
Source: Berita Kampus