skip to Main Content

[Opini] Alasan Mengapa Investor Batal Berinvestasi di Suatu Startup

Saya pernah menghubungkan suatu perusahaan kepada modal ventura (VC) lain dalam usaha penggalangan dana yang tengah kami lakukan. VC tersebut menyukai tim pada perusahaan itu, serta berpikir bahwa solusi yang ditawarkan sangatlah menarik.

Pada akhirnya, VC tersebut batal menjadi investor karena merasa tidak nyaman dengan “nilai pasar” yang menjadi target perusahaan. VC itu memiliki dana yang besar dan hanya tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan yang menargetkan pasar bernilai lebih dari US$1 miliar (sekitar Rp15 triliun).

Kesalahan persepsi tentang ukuran pasar

Beberapa tahun lalu, saya tengah mencermati peluang investasi seri A pada perusahaan bernama Lumos Labs. Perusahaan tersebut telah menjadi pemimpin dalam bidang game ketangkasan otak dan memiliki lebih dari 14 juta pelanggan pada saat itu. Tapi waktu itu perusahaan tersebut baru saja berdiri.

Saya menyukai founder perusahaan tersebut, tapi ragu untuk berinvestasi karena ide miliknya terlihat “kurang besar”. Saya ingat pernah berdiskusi dengan salah seorang angel investor perusahaan tersebut (yang juga adalah salah satu mentor saya) tentang bagaimana masa depan perusahaan dan akan jadi seperti apa bila mereka sukses menjadi besar.

Ini adalah alasan yang menyebalkan bagi para pengusaha, karena tidak ada seorang pun ingin bekerja untuk peluang yang dinilai kurang sepadan dengan usahanya.

Saya bertanya apakah layanan mereka bisa menjadi platform untuk sejumlah hal lain (ungkapan yang sering para investor dan pengusaha gunakan guna membuat bisnis mereka lebih besar dari kenyataannya).

Jawaban mentor saya sederhana. Pada saat itu, saya mengabaikan jawabannya sebagai pendapat seorang angel investor yang tidak berpikir dari sudut pandang VC. Setelah beberapa beberapa detik berpikir, ia berkata, ”Saya pikir mereka bisa menjadi besar dengan menjual lebih banyak game.”

Banyak VC tidak memberikan pendanaan karena “nilai pasar”. Ini adalah alasan yang menyebalkan bagi para pengusaha, karena tidak ada seorang pun ingin bekerja untuk peluang yang dinilai kurang sepadan dengan usahanya.

Terkadang hal itu benar, pasar yang benar-benar tersedia tidak cukup besar. Tapi lebih sering lagi, alasannya bukan karena ukuran pasar, melainkan suatu hal lain yang sulit untuk dikatakan.

Bagaimana cara seseorang dapat mengukur nilai pasar dari suatu segmen yang benar-benar baru, atau perusahaan yang tengah mencoba mengatasi masalah yang menghambat konsumsi dibanding mengambil pangsa pasar milik pemain lama?

Alasan sesungguhnya di balik keraguan investor

Masukan dari calon investor tentang ukuran pasar menyebabkan para pengusaha terjebak, “Bagaimana caranya saya mengubah ukuran pasar yang ingin saya gapai?” Tapi kenyataannya, mereka batal berinvestasi bukan karena ukuran pasar. Mereka ragu terhadap tingkat adopsi konsumen.

Jadi pertanyaan sebenarnya bukan, “Apakah banyak pembeli potensial untuk produk ini?” Melainkan, “Saya ragu akan banyak pembeli yang akan membeli/mengadopsi produk ini.” Traksi awal mungkin menarik, tapi investor takut permintaan yang datang sebenarnya hanya berasal dari kelompok kecil dengan kebutuhan atau minat spesifik.

Dengan kata lain, investor tidak percaya dengan skenario yang pernah mentor saya katakan: bahwa kamu hanya perlu menjual lebih banyak game.

Jika ini kasusnya, maka sebenarnya masih ada harapan!

Meski mungkin sulit mengubah pandangan para investor tentang nilai pasar, tapi sangat mungkin untuk mengubah pandangan mereka tentang tingkat adopsi pelanggan (yang bisa jadi merupakan sumber keraguan mereka sebenarnya).

Jika kamu bisa melakukan itu, kamu mungkin dapat menceritakan tentang bagaimana perusahaan bisa memiliki pencapaian lebih dari apa yang ekspektasi orang-orang saat ini. Seperti yang saya sering katakan, perkembangan perusahaan cenderung menciptakan peluang tak terduga yang pada akhirnya membuat bisnis kamu terlalu menarik untuk diabaikan.

(Artikel ini pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Inggris. Isi di dalamnya telah diterjemahkan dan dimodifikasi oleh Fairuz Rana Ulfah sesuai dengan standar editorial Tech in Asia Indonesia. Diedit oleh Iqbal Kurniawan)

This post [Opini] Alasan Mengapa Investor Batal Berinvestasi di Suatu Startup appeared first on Tech in Asia.

The post [Opini] Alasan Mengapa Investor Batal Berinvestasi di Suatu Startup appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: Inspirasi

Back To Top