Perjalanan Fotografer David Soong Kembangkan SweetEscape Hingga Miliki Belasan Ribu Pengguna
Founder: David Soong
Industri: pemesanan jasa fotografer profesional
Status pendanaan: tidak disebutkan
- SweetEscape adalah aplikasi yang memungkinkan kamu untuk memesan jasa fotografer profesional.
- Sosok di belakang Sweet Escape adalah David Soong, seorang fotografer profesional yang sebelumnya telah mendirikan sejumlah unit bisnis seperti Axioo, dan Boga Group, serta terlibat dalam pengembangan Printerous dan Bridestory.
- SweetEscape telah tersedia di empat ratus kota, dengan dua ribu fotografer terdaftar.
Di dunia entrepreneurship tanah air, David Soong mungkin bukan nama yang asing. Sejak tahun 2002, profesi sebagai fotografer mendorongnya untuk mendirikan layanan foto pernikahan bernama Axioo bersama sang istri. Pada tahun yang sama, ia pun membangun sebuah jaringan restoran bernama Boga Group, yang kini mengelola operasional restoran-restoran terkenal seperti Bakerzin, Pepper Lunch, Shaburi, serta Kintan Buffet.
Selama beberapa tahun terakhir, ia pun mulai melirik peluang bisnis di bidang teknologi. Ia turut berpartisipasi melahirkan beberapa startup, seperti layanan pencarian vendor pernikahan Bridestory dan layanan cetak foto online Printerous. Namun di semua startup tersebut, ia hanya berada di belakang layar dan tidak mengelola secara langsung.
Baru pada tahun 2015, ia mendirikan sebuah startup teknologi di bidang fotografi yang bernama SweetEscape. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini David memimpin langsung operasional alias menjadi CEO dari startup tersebut.
Fotografi merupakan passion saya, itulah mengapa saya memutuskan untuk terjun langsung mengelola SweetEscape
Bagaimana strategi David, yang sebelumnya telah terbiasa dengan bisnis konvensional, untuk masuk ke bisnis startup teknologi yang jauh berbeda? Apa saja hambatan yang ia hadapi? Dan apa mimpinya untuk SweetEscape?
Telah mempunyai belasan ribu pengguna
SweetEscape sendiri merupakan aplikasi yang memungkinkan kamu untuk memesan jasa fotografer profesional di empat ratus kota yang tersebar seluruh dunia. Para fotografer tersebut bisa menemani kamu selama beberapa jam, sembari mengambil ratusan foto. Hasil foto-foto tersebut nantinya akan bisa kamu unduh lewat smartphone maupun desktop.
Saat ini mereka telah memiliki lebih dari dua ribu fotografer, dengan jumlah pengguna aktif mencapai belasan ribu orang.
Saat ini mayoritas pengguna kami memang masih berasal dari Indonesia. Namun kami melihat pertumbuhan yang sangat cepat dalam hal jumlah pengguna dari luar tanah air.
Itulah mengapa SweetEscape pun mulai menjalankan promosi tak hanya di dalam negeri, namun juga di luar negeri. Di Filipina bahkan mereka telah membentuk tim kecil. Untuk mendukung promosi tersebut, mereka pun siap menghadirkan situs dan aplikasi mereka dalam tujuh bahasa.
“Saat ini situs dan aplikasi kami memang baru tampil dalam bahasa Inggris. Namun dalam waktu dua minggu ke depan, kami akan menambahkan bahasa Indonesia, Jepang, Cina, Korea, Thailand, dan Spanyol,” jelas David.
Kini mereka telah mempunyai lima puluh orang karyawan yang mayoritas merupakan developer. Dalam hal pendanaan, David mengaku belum bisa mengumumkan nama-nama investor dari Sweet Escape, namun ia menyatakan tengah memproses putaran pendanaan terbaru yang akan selesai dalam waktu dekat.
Membuat aplikasi yang digunakan oleh fotografer dan pengguna dari seluruh dunia, secara pribadi hal tersebut membuat saya sangat bahagia. Saya ingin SweetEscape bisa jadi pemain global yang menjadi kebanggaan Indonesia.
Jangan tunggu sempurna ketika meluncurkan layanan
Menurut David, ide pembuatan SweetEscape sebenarnya telah muncul sekitar tahun 2008. Namun karena kesibukan, ia pun tidak meneruskan ide tersebut.
Baru pada tahun 2014, ketika David tengah tinggal di Paris, ide tersebut kembali muncul. Saat tengah melihat-lihat foto keluarga, ia baru sadar bahwa tidak ada foto yang memuat dirinya bersama istri dan anaknya, yang berkualitas baik.
“Untuk bisa memuat kami bertiga, foto tersebut harus diambil secara selfie atau dengan meminta tolong masyarakat lokal yang tengah lewat. Dan karena mereka bukan fotografer profesional, kualitasnya pun jadi kurang baik,” kenang David.
Berbeda dengan sebelumnya, kali ini David langsung coba merealisasikan ide tersebut. Ia mulai bertanya kepada beberapa orang, guna memastikan apakah masalah tersebut juga dirasakan oleh orang lain atau tidak. Dari proses tersebut barulah ia yakin bahwa apa yang ia rasakan ternyata juga dialami oleh banyak orang lain, baik di dalam maupun luar negeri.
Pada tahun 2015, David pun langsung menyusun tim, hingga akhirnya berhasil meluncurkan situs SweetEscape pada bulan Februari 2016. Situs tersebut sebenarnya belum terlalu sempurna, hanya memungkinkan pengguna memesan jasa fotografer secara sederhana. Namun David tetap meluncurkannya demi mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap layanan tersebut.
Saat itu kami hanya mulai dengan lima kota, yaitu Bali, Los Angeles, Sydney, Paris, dan Tokyo. Dan ternyata banyak banget permintaan yang masuk. Selain bisa mendapat foto, mereka juga senang bisa mendapat perspektif baru ketika berwisata dari sang fotografer yang memang merupakan penduduk lokal.
Sejak saat itu, David pun mulai memperbanyak jumlah kota yang bisa dilayani oleh SweetEscape dengan merekrut lebih banyak fotografer. Demi memberikan kenyamanan yang sama, ia pun selalu memastikan bahwa setiap fotografer yang ia rekrut tak hanya bisa berbahasa Inggris dengan baik, namun juga bisa bersikap ramah kepada klien.
Dari sisi teknologi, ia pun mulai memperbaiki metode pemesanan dengan menghadirkan fitur Instant Booking. Dengan fitur tersebut, pengguna hanya perlu memilih kota yang ingin mereka kunjungi, dan SweetEscape akan mencarikan fotografer sesuai dengan waktu yang diinginkan pengguna.
Demi menambah kenyamanan, ia pun meluncurkan aplikasi mobile pada bulan Agustus 2016.
Tak gentar dengan persaingan
Di Indonesia sendiri, kini telah ada layanan serupa yang bernama Frame A Trip. Startup tersebut didirikan oleh selebriti Dian Sastro Wardoyo bersama Damon Hakim, Endra Marsudi, Hermawan Sutanto, serta founder Kinara Indonesia Michael Tampi.
David sendiri mengaku tidak khawatir dengan adanya pesaing untuk SweetEscape. Ia justru khawatir apabila tidak ada pesaing, karena kemungkinan besar pasar yang mereka incar memang terlalu kecil.
Dalam setiap bisnis yang namanya pesaing pasti ada. Tantangan bagi kami justru bagaimana mengembangkan pasar ini bersama-sama, serta menjaga konsistensi layanan
Ke depannya, David tidak ingin SweetEscape hanya menjadi layanan untuk pengguna yang ingin bepergian ke luar kota. Ia ingin layanan yang ia dirikan tersebut menjadi one stop solution untuk memesan jasa fotografer, baik untuk acara ulang tahun, arisan, wisuda, lamaran, hingga pernikahan.
Pentingnya perencanaan waktu dalam mengembangkan startup
Setelah beberapa tahun mendirikan lebih dari satu startup dan memimpin SweetEscape, David sadar betul akan pentingnya pemilihan waktu yang tepat ketika meluncurkan sebuah layanan.
Ia pun bersyukur tidak jadi mendirikan SweetEscape pada tahun 2008. Karena menurutnya saat itu masyarakat belum siap dengan layanan seperti itu, ditambah masih sedikitnya orang yang mengakses internet lewat smartphone.
“Meluncurkan SweetEscape di tahun 2016 merupakan langkah yang tepat menurut saya. Media sosial telah mengubah budaya masyarakat yang tadinya tertutup menjadi terbuka,” jelas David.
Selain itu, David juga mendorong para founder startup untuk meneliti dengan detail pasar yang ingin mereka sasar sebelum meluncurkan sebuah layanan. Jangan hanya melihat masalah sendiri, dan langsung menganggap masalah tersebut sebagai fenomena yang juga dialami oleh banyak orang lain.
(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)
This post Perjalanan Fotografer David Soong Kembangkan SweetEscape Hingga Miliki Belasan Ribu Pengguna appeared first on Tech in Asia.
The post Perjalanan Fotografer David Soong Kembangkan SweetEscape Hingga Miliki Belasan Ribu Pengguna appeared first on Tech in Asia Indonesia.
Source: Inspirasi