Problem Etika Dalam Pengembangan Serta Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan
Selasa (30/10)- Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat merupakan bagian dari perjalanan panjang sejarah peradaban manusia dari masa pra modern sampai era mutakhir dewasa ini. Adanya perkembangan teori biologi modern yang begitu pesat bagi sebagian kalangan, sejak lama telah diprediksi akan menimbulkan problem-problem baru. Selain dipandang sebagai suatu prestasi, tidak jarang juga memunculkan masalah baru yakni masalah yang berkaitan dengan etika. Kloning, rekombinasi DNA, transfer embrio (ET) dan fertilisasi in vitro (IVF) sangat memungkinkan mengontrol proses kehidupan, namun membawa pertanggungjawaban baru terhadap masyarakat, sehingga perlu kehati-hatian dalam mengaplikasikannya.
Penyelenggaraan Simposium Internasional “Epistemologi Islam dan Problem Etika dalam Pengembangan Serta Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan” merupakan salah satu kegiatan untuk merealisasikan misi PII MKU UAI. Simposium internasional ini bertujuan untuk memperkokoh komitmen di kalangan para sarjana muslim dalam mencari titik temu pesan wahyu dalam kitab suci dengan temuan saintifik ilmu pengetahuan modern. Acara ini dihadiri oleh kalangan akademisi dari berbagai bidang keilmuan baik dalam dan luar negeri.
Simposium Internasional ini berlangsung di Universitas Al Azhar Indonesia pada hari Selasa, 30 Oktober 2018 di Auditorium UAI lantai 3 ini dihadiri oleh beberapa narasumber seperti Mr. Prof. Pakon Priakon, (The Halal Center – Chulalongkorn University – Thailand), Prof. Dr. Irwandi Jaswir, (Dir. INHART IIUM – Malaysia) yang membawakan topik “Integration of Knowledge, Bio Ethics and Halal Industry”, Hidayat Yorianta Sasaerila, Ph.D dengan topik “Biotechnology in the 21st century: The role of Islamic Morality and Ethics to the Future of Mankind.”, Kamaluddin Zarkasie, DVM., PhD.(Director of IPB-Shigeta Animal Pharmaceuticals Inc.) yang akan menjelaskan banyak mengenai “Bioethics Problem on the Processing of Vaccine Production”.
Simposium ini betujuan untuk menjadi wadah para ilmuan untuk saling bertukar pikiran dan mencari solusi atas banyaknya permasalahan sains dan agama islam, khususnya di Indonesia. Seperti contohnya permasalahan vaksin yang belum terlabel halal, namun kerap digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama muslim. “Salah satu tujuan diadakan Simposium ini adalah sebagai bentuk mencari solusi bagaimana masalah etika dan masalah halal harus terus dilindungi oleh agama islam, sehingga kita dapat menemukan sebuah konsep penemuan pada Simposium ini dan dapat ditemukan solusi untuk masalah halal dan islam.” ujar beliau ketika wawancara ditengah acara. Melihat kasus vaksin yang sempat dianggap darurat ini, menegaskan kembali bahwa keilmuan di Indonesia, khususnya sarjana muslim kini benar benar harus melakukan riset yang mendalam agar dapat siaga disetiap keadaan.
Melalui simposium ini diharapkan partisipasi dari para sarjana muslim pada bidang bioteknologi khususnya, serta sarjana muslim dari berbagai disiplin ilmu untuk berbagi pengalaman dalam mengembangkan teori ilmu pengetahuan di bidang masing-masing yang terintegrasi dan selaras dengan mindset keilmuan Islam.