Smartphone vs PC: Karakteristik Penggunaannya di Ranah E-commerce Asia Tenggara
Dengan satu sentuhan, sapuan jari, atau goyangan ponsel, para konsumen saat ini telah menciptakan tantangan baru bagi para pelaku e-commerce di Asia Tenggara untuk meraih sukses.
Perangkat mobile tidak lagi hanya salah satu dari banyak platform, melainkan saluran penjualan terbesar untuk semua pedagang online. Penelitian dari Google dan Temasek memperkirakan lebih dari 90 persen pengguna internet di Asia Tenggara menggunakan smartphone sebagai perangkat utamanya.
Jadi, apakah perangkat mobile sudah menyingkirkan desktop sebagai platform terdepan yang mendorong pembelian online? Menggunakan data traffic situs web dan transaksi dari ShopBack, inilah yang berhasil kami temukan.
Traffic aplikasi mobile paling besar dan berkembang pesat
Pada tahun 2014, kami memasuki dunia e-commerce dengan mengutamakan pemakaian desktop. Namun aplikasi mobile kami, yang dirilis pada Juli 2016, berhasil masuk dalam daftar aplikasi paling banyak diunduh hanya dalam 24 jam setelah dirilis. Kurang dari satu tahun, traffic yang kami nikmati dari aplikasi ini mengalahkan saluran desktop.
Bahkan setelah menjadi pemasok traffic utama, pertumbuhan dari aplikasi mobile belum menunjukkan tanda-tanda memuncak. Pertumbuhannya justru terus melebihi pertumbuhan traffic dari desktop.
Perbedaan pertumbuhan di antara keduanya sangat menonjol selama akhir tahun 2017. Pertumbuhan traffic aplikasi mobile minimal tiga kali lebih besar daripada dari desktop.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal pendorong pertumbuhan yang membentuk industri e-commerce saat ini:
- Pergeseran ke arah konsumsi online: Ada pertumbuhan dua digit di semua platform dan kategori online setiap kuartal. Pertumbuhan ini terutama terlihat di Indonesia dan Thailand, di mana pasar e-commerce masing-masing diperkirakan akan meningkat sebesar 44 persen dan 25 persen selama dua tahun ke depan.
- Tingkat keterlibatan yang lebih tinggi dengan perangkat mobile: Sebagian karena inovasi dalam aplikasi mobile berfungsi untuk menarik pengguna. Beberapa e-commerce besar bahkan telah menciptakan fitur-fitur untuk meningkatkan penggunaan aplikasi di luar pembelian (misalnya “Shopee Shake” milik Shopee dan “Slash It” dari Lazada). Kami juga menganalisis data traffic kami berdasarkan jam dan mendapati bahwa pengguna jauh lebih terlibat dengan smartphone mereka pada jam berapa pun. Pada jam 11 malam, traffic dari aplikasi mobile hampir tujuh kali lebih besar daripada dari desktop.
- Inovasi pemasaran oleh para pelaku e-commerce: Festival belanja, dengan paduan unik antara penawaran terbatas dan promo spesial, telah menjadi bagian sangat penting dalam mendatangkan pelanggan bagi banyak pedagang online. Di kawasan Asia Tenggara ini, acara-acara belanja seperti Singles’ Day, Black Friday, Cyber Monday, dan 12.12 merupakan bagian terbesar dari penjualan selama periode akhir tahun. Berdasarkan data kami, pendapatan yang diperoleh dari salah satu hari belanja populer ini kira-kira setara dengan tiga perempat dari pendapatan satu bulan pada tahun 2017.
Sebagian besar pembelian online terjadi lewat aplikasi mobile
Data transaksi kami menunjukkan bahwa aplikasi mobile menyumbang tiga perempat pemesanan secara online*. Dari lima negara yang tercakup dalam database kami, Thailand terlihat jauh lebih memilih untuk melakukan transaksi pembelian via aplikasi mobile. Peringkat selanjutnya diduduki oleh Indonesia dan Filipina.
*ShopBack mendukung banyak merchant yang hanya menggunakan aplikasi mobile, termasuk Grab, dan Shopee.
Konsisten dengan poin traffic di atas, pembelian via aplikasi mobile per kuartal secara konsisten melebihi desktop. Pertumbuhan penggunaan ponsel yang begitu pesat terutama terlihat di Thailand dalam beberapa kuartal terakhir.
Desktop tetap utama untuk pembelian dalam jumlah besar
Terlepas dari kekuatan mobile, desktop masih dan akan tetap menjadi saluran penting bagi pedagang e-commerce. Terutama yang ingin mendorong pembelian bernilai tinggi.
Bahkan, dalam hal ukuran rata-rata transaksi (uang yang dihabiskan per pemesanan), kami mendapati bahwa pembelian via desktop cenderung lebih tinggi daripada mobile. Penemuan ini berlaku konsisten di semua negara, terutama di Filipina, Malaysia, dan Indonesia.
Pada umumnya, pengguna menganggap transaksi via desktop lebih aman, jadi mereka memilih untuk menggunakan platform ini saat memesan dalam jumlah besar.
Lebih dari 60 persen pengguna kami mengatakan bahwa mereka melakukan omnichannel shopping, yaitu memulai mencari-cari sesuatu melalui aplikasi mobile dan akhirnya melakukan transaksi pembelian melalui desktop.
Mereka merasa lebih aman dan memilih membayar melalui komputer desktop. Ini mungkin disebabkan oleh perbedaan persepsi pengguna tentang cybersecurity.
Penelitian kami juga mengungkap keunggulan lain desktop sebagai platform online, yaitu layar yang lebih besar. Ini memungkinkan pengguna mendapatkan informasi lebih banyak, yang bisa ditampilkan dalam berbagai cara.
Dengan asumsi konten informasi yang sama per inci persegi, desktop biasa dapat memberikan informasi minimal tiga kali lebih banyak dibandingkan smartphone. Ini memungkinkan pengguna mendapatkan pengalaman yang lebih baik saat akan memutuskan pembelian yang lebih rumit, misalnya asuransi umum dan pribadi atau pemesanan paket perjalanan.
Grafik di atas menunjukkan konversi efisiensi penggunaan desktop dan aplikasi mobile dalam kategori perjalanan di Asia Tenggara. Secara keseluruhan, Desktop unggul lebih dari lima puluh persen di semua negara. Bahkan ketika layar smartphone terus bertambah besar dari tahun ke tahun, para pengguna tetap tidak mau meninggalkan layar desktop.
Studi kami juga menunjukkan bahwa desktop hadir dengan ekosistem aplikasi yang berbeda yang memperkuat keunggulannya dalam mengirimkan konten. Misalnya, beberapa pengguna menggunakan ekstensi browser untuk meningkatkan pengalaman belanja mereka. Meskipun ekstensi browser ini banyak dipakai di Amerika Serikat dan Inggris, kehadirannya relatif baru di Asia Tenggara.
Desktop berpotensi memanfaatkan ekstensi-ekstensi tersebut untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan menjadi tetap relevan.
Kesimpulan
- Dalam dunia e-commerce, pertumbuhan pesat traffic dan volume pembelian dari aplikasi mobile telah melampaui desktop.
- Meski pertumbuhannya lebih lambat, desktop tetap relevan dipakai saat ini. Ukuran layar yang lebih besar memudahkan pengguna melakukan transaksi bernilai lebih besar.
- Inovasi seperti ekstensi browser pada desktop meningkatkan relevansi platform, karena menambah kenyamanan bagi perjalanan belanja pengguna.
Jadi, apakah desktop sekarat di era dominasi perangkat mobile? Tidak. Analisis kami menunjukkan bahwa sementara smartphone terus mengungguli desktop dengan dukungan inovasi pemasaran dan platform, serta mampu konsisten menarik keterlibatan pengguna yang lebih tinggi, desktop tetap merupakan saluran efektif untuk e-commerce.
Ini berdasarkan analisis Shopback tentang data anonim dari Q3 2017 hingga Q2 2018 untuk lima ekonomi kunci di Asia Tenggara, yaitu Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia, dan Thailand.
(Artikel ini pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Inggris. Isi di dalamnya telah diterjemahkan dan dimodifikasi oleh Sari Rachmatika sesuai dengan standar editorial Tech in Asia Indonesia. Diedit oleh Iqbal Kurniawan)
This post Smartphone vs PC: Karakteristik Penggunaannya di Ranah E-commerce Asia Tenggara appeared first on Tech in Asia.
The post Smartphone vs PC: Karakteristik Penggunaannya di Ranah E-commerce Asia Tenggara appeared first on Tech in Asia Indonesia.
Source: Inspirasi