skip to Main Content

Strategi Foody Tancapkan “Cakar” Layanan Mereka di Tahun Kedua Eksistensinya


Ikhtisar

  • Tantangan utama bagi Foody saat ini adalah mencari user yang tidak hanya mencari keuntungan sesaat, tapi value dari sebuah layanan
  • Memperkuat komunitas dan menjalin kerja sama dengan pihak-pihak di ranah yang beririsan menjadi fokus utama Foody saat ini.

24 Agustus 2017 kemarin menandai momen yang istimewa bagi Foody, salah satu layanan agregator pencarian restoran dan ulasan tempat kuliner di Indonesia. Startup yang berkantor pusat di Vietnam ini merayakan tahun keduanya sejak mulai menjejakkan kaki di negeri ini tahun 2015 silam.

Bagi Foody, perjalanan menuju tahun kedua cukuplah penting karena hal ini juga menandai eksistensinya di ranah kuliner tanah air. Hal ini mengingat proses untuk berkembang dan memperhatikan sisi bisnis di ranah startup kuliner sendiri bisa dibilang tidak mudah. Terlebih lagi dengan perkembangan situasi bisnis yang tak mudah diprediksi selama beberapa waktu terakhir.

Gaet komunitas dengan insentif yang lebih terasa keuntungannya

Berkaca pada perjalanan menuju tahun kedua, Director of Operations and Product Development Foody Indonesia Laurensia Irma Saraswati mengungkapkan bahwa mengelola startup kuliner di Indonesia merupakan hal yang cukup berat.

Hal tersebut tak hanya dikarenakan jumlah kompetitor yang sudah lebih dahulu hadir di Indonesia, tetapi juga karena user Indonesia lebih mengutamakan manfaat yang diberikan suatu aplikasi dibandingkan value dari aplikasinya.

“Bagi kita (mengelola startup kuliner di Indonesia) cukuplah berat, tapi kita merasa memiliki kesempatan dengan kelebihan produk yang kita miliki, salah satunya seperti sistem benefit yang lebih rewarding bagi pengguna kami,” ungkap Lauren.

Foody Country Manage | Photo

Lauren mengungkapkan bahwa untuk dapat menjaring loyalitas dan menciptakan lingkaran yang beneficial (terasa menguntungkan) dari para penggunanya, Foody memberikan insentif berupa sistem poin yang dapat ditukarkan dengan hadiah voucer.

Upaya pemberian insentif tersebut sekaligus menjadi salah satu bagian dari upaya pengembangan bisnis Foody Indonesia. Dengan menjalin afiliasi pembagian voucer kepada pengelola bisnis kuliner, Foody pun mendapat akses ke sejumlah peluang pengembangan bisnis mereka di Indonesia.

Gandeng pelaku bisnis di ranah lain untuk menunjang komunitas

Di tahun keduanya, Foody mengumumkan tak hanya fokus membangun basis komunitas pengguna saja tetapi juga melebarkan peluang bisnisnya dengan menggandeng pihak yang mau diajak bekerja sama dari ranah bisnis leisure. Pihak-pihak ini meliputi bioskop, restoran, dan bahkan travel.

Peluang tersebut akan Foody kembangkan lagi untuk pemberian layanan yang lebih personalized sesuai keinginan klien, entah penyelenggaraan event, kompetisi, pembuatan video, dan lain-lain.

“Untuk ke depannya pun, kami juga mempertimbangkan layanan pemasaran digital kepada klien-klien kami, salah satunya seperti Facebook Ads dan lain-lain untuk memperkenalkan bisnis mereka ke pengguna-pengguna kami,” ungkap Director Business Development Foody Indonesia, Andhika Yudianto Pratomo .

Foody | Screenshot

“Import” fitur dari Vietnam ke tanah air

Sebagai layanan direktori yang berkembang cukup besar di Vietnam, Foody juga bersiap melakukan ekspansi produk yang lebih luas lagi kepada para penggunanya di Indonesia. Namun untuk memastikan strategi yang lebih efisien, mereka berencana menyesuaikan mana fitur layanan yang cocok diterapkan di Indonesia.

“Sebetulnya kita memang ada banyak beragam fitur lain yang ingin dimasukkan ke Indonesia. Tetapi kita juga perlu memperhatikan sisi bisnisnya juga agar tidak merugikan di negara tujuan pasar. Kita ambil contoh fungsi delivery makanan dan reservasi restoran saja. Bila kita terapkan di sini, otomatis kita bakal berdarah-darah menghadapi kompetitor,” ungkap Dhika.

Untuk target pasar Indonesia, Lauren menambahkan bahwa pihaknya saat ini mulai gencar mempromosikan fungsi e-coupon untuk keperluan redeem voucer melalui aplikasi mobile Foody. Di samping itu, mereka juga mempersiapkan layanan lainnya untuk dibawa ke Indonesia.

Di Vietnam sendiri, Foody tak hanya dikenal sebagai startup yang bergerak di bidang direktori makanan saja, tetapi juga merambah bisnis lainnya mulai dari pemesanan makanan hingga sistem Point of Sales bagi penyelenggara restoran.

Di tahun 2016, startup tersebut bahkan berinvestasi ke aplikasi pencarian diskon asal Vietnam, Jamja untuk mengintegrasikan layanan mereka ke dalam Foody.

Dengan pertimbangan yang mereka punya untuk memperluas pengembangan bisnis mereka di Indonesia, rasanya cukup menarik melihat apa lagi layanan yang berikutnya akan mereka hadirkan untuk memperkuat posisi Foody di Indonesia.

(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)

The post Strategi Foody Tancapkan “Cakar” Layanan Mereka di Tahun Kedua Eksistensinya appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: Inspirasi

Back To Top