Tantangan dan Peluang Startup Marketplace Properti di Indonesia pada Tahun 2018
Ikhtisar
- Setelah sempat mengalami kelesuan, pasar properti di Indonesia selama 2018 diprediksi akan makin bergairah. Peningkatan harga properti diperkirakan akan mencapai lima persen di akhir tahun.
- Meski demikian, kemungkinan hadirnya startup teknologi baru dalam bisnis properti dianggap makin kecil. Tahun 2018 dianggap sebagai fase konsolidasi di antara para pemain besar.
- Sejumlah startup di bidang properti juga terus melirik teknologi lain guna menunjang bisnis masing-masing, mulai dari VR hingga blockchain.
Properti, baik berupa rumah atau apartemen, merupakan salah satu kebutuhan pokok yang terus diminati masyarakat. Sebagian orang berusaha membeli properti untuk menjadikannya sebagai tempat tinggal. Sebagian lainnya cenderung membeli properti sebagai investasi, karena harganya yang cenderung naik dari tahun ke tahun.
Kecenderungan harga yang terus naik adalah alasan mengapa bisnis jual beli properti terus berkembang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini memicu kemunculan beberapa startup yang berusaha memudahkan proses jual beli, sekaligus mengambil keuntungan dari bisnis yang bernilai sangat besar tersebut.
Startup di bidang properti hadir dengan beberapa model bisnis, seperti:
- Marketplace yang menyajikan sebanyak mungkin informasi tentang properti yang bisa kamu beli atau sewa. Mayoritas startup yang bergerak di bidang properti seperti Rumah.com, Rumah123, Lamudi, dan UrbanIndo, cenderung memilih model bisnis ini.
- Membuat software yang bisa membantu developer dan agen untuk menjual properti yang mereka miliki. Model bisnis seperti ini dijalankan oleh beberapa startup, seperti Pazpo, UrbanAce, serta 99.co di Indonesia (Di Singapura, 99.co justru menjalankan model bisnis marketplace).
Bagaimana sebenarnya perkembangan bisnis properti di Indonesia dari sudut pandang para startup properti tersebut? Apa saja tantangan yang mereka hadapi? Peluang seperti apa yang mereka incar di tahun 2018? Mari simak ulasannya berikut ini.
Pasar properti akan makin bergairah
Di tahun 2017 kemarin, pasar properti di tanah air mendapat komentar yang beragam. Beberapa pihak menyebut industri properti di Indonesia sedang lesu, namun beberapa pihak lain justru melihat peluang yang besar dari kondisi pasar saat ini.
Para startup properti di tanah air sendiri melihat perkembangan pasar pada tahun 2017 kemarin cenderung lebih bergairah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Tahun 2017 merupakan saat rebound untuk pasar properti di tanah air.
Perkembangan positif ini diperkirakan akan berlanjut pada tahun 2018. Berdasarkan Property Outlook 2018 yang mereka rilis, Rumah.com memprediksi harga properti di Indonesia akan naik sekitar 3-5 persen di akhir tahun 2018, yang juga diikuti penambahan suplai hunian sebesar 20 persen.
Hal serupa juga diakui oleh Mart Polman, Managing Director Lamudi Indonesia. Menurutnya, pasar properti di Jakarta memang mengalami penurunan pada tahun 2014. Banyak developer yang menurunkan harga agar lebih kompetitif. Namun, situasi ini telah berangsur membaik sejak tahun 2016 yang lalu.
Ini merupakan kesempatan yang baik bagi kamu untuk membeli properti.
Ignatius Untung, Country General Manager dari Rumah123, mengaku banyak mendengar dari para pelaku bisnis properti bahwa tahun 2017 masih belum terlalu bergairah setelah stagnan di tahun 2015.
Namun menurutnya hal ini justru bertolak belakang dengan data Rumah123. Perusahaannya mengalami kenaikan jumlah listing sebesar 50 persen, kenaikan jumlah agen berbayar sebesar 11 persen, hingga nominal pendapatan yang naik 60 persen, sepanjang 2017 lalu.
Yang masih bertahan dengan cara tradisional akhirnya masih struggle.
“Dugaan kuat kami, melambatnya pasar properti di tanah air dibarengi dengan penetrasi media digital membuat sebagian pemain mulai beralih ke dunia digital. Mereka yang beralih tersebut akhirnya mulai bisa keluar dari situasi sulit, sedangkan yang masih bertahan dengan cara tradisional akhirnya masih struggle,” jelas Ignatius.
Namun Ignatius juga mengingatkan bahwa data dari marketplace properti memang tidak bisa dianggap mewakili pasar properti secara keseluruhan. Karena saat ini, bahkan dari pemerintah sekalipun, belum ada data yang secara rinci mewakili minat masyarakat Indonesia terhadap properti.
Ignatius memandang tahun 2018 akan menjadi saat yang menarik bagi bisnis properti, karena beberapa faktor berikut:
- Pasar properti yang masih relatif lambat
- Perubahan yang diusung media digital
- Isu perubahan pola belanja masyarakat
- Perubahan perilaku generasi milenial yang jumlahnya sangat banyak saat ini
- Mulai masuknya developer asal Cina yang agresif
- Perkembangan politik Indonesia yang memanas jelang Pilkada dan Pemilu
Developer = sumber pemasukan terbesar
Sebagian besar masyarakat Indonesia masih melakukan transaksi pembelian properti secara offline. Karena itu, platform online pada saat ini pun hanya berfungsi sebagai alat untuk memilih dan membandingkan properti yang akan dikunjungi oleh pengguna.
Itulah mengapa para penyelenggara marketplace properti online tidak bisa mengambil komisi langsung dari transaksi, dan harus mencari model bisnis yang lain. Saat ini, ada beberapa model bisnis yang dijalankan oleh para startup marketplace properti tersebut:
- Membantu penjualan properti oleh developer (primary), yang saat ini merupakan pemasukan terbesar bagi sebagian besar startup
- Membantu penjualan properti oleh agen (secondary)
- Pemasangan iklan di situs
- Solusi pemasaran lain, seperti dengan event
Peta persaingan startup marketplace properti di tanah air
Di awal tahun 2018 ini, dunia startup properti di tanah air langsung dikejutkan dengan berita akuisisi UrbanIndo oleh 99.co. Hal ini membuat sejumlah startup marketplace properti besar yang beroperasi di Indonesia telah dimiliki oleh perusahaan lain dengan “kantong” lebih besar.
Berikut adalah perbandingan jumlah listing dari para startup marketplace tersebut:
- UrbanIndo (99.co) – 1,2 juta listing
- Rumah123 (iProperty) – 800.000 listing; 11.000 agen properti berbayar
- Rumah.com (PropertyGuru) – 400.000 listing
- Lamudi Indonesia – 260.000 listing
Menurut para pemain yang ada saat ini, konsolidasi yang telah terjadi selama beberapa tahun terakhir membuat kemungkinan adanya pemain baru yang masuk ke bisnis ini semakin kecil.
“Persaingan saat ini telah mengerucut kepada indikasi bahwa bisnis marketplace properti telah menuju tahap final. Apabila ada pemain baru yang masuk, kemungkinan mereka adalah pemain yang sudah beroperasi di negara lain dan ingin ikut membesarkan pasar di tanah air,” ujar Ignatius dari Rumah123.
Hal ini pun diakui oleh Rumah.com dan Lamudi. Mereka bahkan tidak menutup kemungkinan terjadinya merger antara para pemain-pemain besar dalam beberapa tahun mendatang.
“Menurut saya tetap masih ada ruang bagi startup properti baru yang berpotensi mengganggu kestabilan pasar. Namun startup seperti itu kemungkinan akan cepat diakuisisi oleh para pemain besar yang telah ada,” ujar Polman dari Lamudi.
Darius Cheung, CEO dari 99.co, juga mengakui bahwa kompetisi di bisnis marketplace properti di Indonesia terus memanas selama 3-4 tahun terakhir. Pengetahuan akan pasar dan modal yang besar menurutnya merupakan beberapa hal kunci yang perlu dimiliki untuk memenangkan persaingan di bisnis ini.
“Akuisisi terhadap UrbanIndo sendiri merupakan langkah strategis untuk bersama-sama menjadi besar. Di sisi lain, investor kami pun telah secara aktif mendorong untuk melakukan konsolidasi kekuatan lewat proses merger sejak pertengahan tahun lalu,” tutur Cheung.
Rencana para startup marketplace properti di tahun 2018
Menyongsong tahun 2018, para startup marketplace properti mempunyai target berbeda-beda. Rumah.com misalnya, mereka menargetkan pertumbuhan di atas tiga puluh persen. Lamudi justru berniat meningkatkan jumlah kunjungan ke situs mereka hingga dua kali lipat dari yang mereka terima saat ini.
Pertambahan jumlah listing bukan menjadi prioritas kami.
Adapun Rumah123, mereka berniat untuk mempertahankan keunggulan mereka dari para pesaing dalam hal jumlah pengunjung, jumlah agen, jumlah kampanye berbayar yang dilakukan para developer properti, hingga jumlah pendapatan.
“Kami ingin terus memperbesar keunggulan kami dari para pemain lain menjadi setidaknya 1,5 hingga 2 kali lipat dibanding tahun 2017 yang lalu,” tutur Ignatius Untung, Country General Manager dari Rumah123.
Mereka pun berniat melanjutkan strategi kampanye pemasaran baru yang telah mereka mulai sejak tahun 2015. Strategi kampanye tersebut menurut mereka telah berhasil membuat nama Rumah123 diperbincangkan di berbagai event dan media, hingga ditiru oleh para pesaing.
Pemanfaatan teknologi baru
Mengingat penetrasi dunia digital ke bisnis properti yang masih kecil, Rumah123 menganggap tidak akan ada teknologi baru yang mengubah peta persaingan secara signifikan. Ignatius justru melihat peta persaingan bisa saja berubah dengan perubahan model bisnis.
Satu-satunya teknologi baru yang kini telah mulai dimanfaatkan oleh para startup marketplace properti adalah Virtual Reality (VR). Teknologi tersebut memungkinkan kamu untuk melihat seluruh tampilan rumah atau apartemen tanpa harus datang secara langsung.
Namun teknologi ini pun tetap hanya membantu pengguna untuk memilih di awal. Selanjutnya, mereka masih merasa harus datang langsung ke lokasi properti tersebut.
Adapun Darius Cheung, justru melihat potensi dari teknologi blockchain. Menurutnya, teknologi tersebut bisa mendorong transparansi dalam hal pelaporan pajak, serta membuat transaksi pembelian properti menjadi lebih cepat.
“Saat ini, banyak pihak yang memalsukan harga properti demi mengurangi pajak, yang akhirnya mengurangi pemasukan pemerintah. Hal ini bisa diatasi dengan bantuan teknologi blockchain tersebut,” ujar Darius.
(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)
This post Tantangan dan Peluang Startup Marketplace Properti di Indonesia pada Tahun 2018 appeared first on Tech in Asia.
The post Tantangan dan Peluang Startup Marketplace Properti di Indonesia pada Tahun 2018 appeared first on Tech in Asia Indonesia.
Source: Inspirasi