skip to Main Content

Tren Perilaku Konsumen Belanja Online Indonesia Tahun 2018 Menurut iPrice

Penyedia layanan pembanding harga produk e-commerce, iPrice baru-baru ini merilis hasil studi mereka mengenai perilaku konsumen ketika berbelanja online di kawasan Asia Tenggara dengan fokus di Indonesia. Apa saja yang menarik dari hasil riset mereka? Langsung saja kita simak.

Konsumen lebih suka “mampir” lewat smartphone

Jumlah pengguna smartphone yang terus bertambah dari waktu ke waktu rupanya sejalan dengan peningkatkan jumlah pengakses toko online dari web maupun aplikasi. iPrice menyebutkan rata-rata peningkatan kunjungan mobile di kawasan Asia Tenggara selama setahun terakhir telah mencapai angka sembilan belas persen.

Sementara data sampel dari e-commerce di tanah air menunjukkan rata-rata sebesar 87 persen kunjungan berasal dari penggunaan mobile. Temuan tersebut semakin membuktikan bahwa pangsa pengguna perangkat mobile merupakan potensi yang cukup besar dalam meraup jumlah kunjungan yang lebih tinggi.

Shopee adalah salah satu e-commerce yang cukup jeli dalam melihat tren ini, terbukti sedari awal mereka telah berfokus kepada pengembangan platform mobile sehingga konsumen lebih mudah dalam berbelanja.

Lalu catatan apa saja yang sebaiknya menjadi pertimbangan para pelaku e-commerce lokal? 

  • Lebih banyak lagi berinvestasi kepada pengembangan akses mobile
  • Mengutamakan pengembangan fitur pada aplikasi mobile
  • Membuat web yang mobile friendly

Cuci mata lewat mobile, belanja lewat desktop

belanja online|ilustrasi

Kendati iPrice menyebut bahwa akses mobile menyumbang rata-rata 87 persen dari total jumlah traffic, namun mayoritas konsumen baik di Indonesia maupun negara-negara berkembang lainnya di Asia Tenggara rupanya masih lebih suka melakukan transaksi melalui desktop.

Hasil riset menunjukkan bahwa conversion rate kunjungan desktop dua persen lebih tinggi dibandingkan dengan kunjungan melalui mobile. Hal tersebut menunjukkan perilaku umum konsumen online Indonesia, yakni melihat-lihat barang melalui mobile atau aplikasi, namun baru belanja lewat komputer atau laptop.

Konsumen cenderung lebih suka bertransaksi melalui desktop karena dinilai lebih nyaman dan menimbulkan kepercayaan dalam berbelanja. Dengan akses layar komputer desktop yang lebih lebar, konsumen secara leluasa bisa melihat detail informasi barang yang mereka inginkan tanpa harus terkendala lagi oleh keterbatasan layar di perangkat mobile.

Rata-rata Pembelanjaan Konsumen Indonesia Sebesar Rp481 ribu

Di samping perilaku pengguna mobile, iPrice juga menghitung nilai rata-rata pembelanjaan tiap konsumen pada periode tertentu di Indonesia. Menurut iPrice, rata-rata jumlah pengeluaran konsumen Indonesia saat berbelanja online dari keseluruhan segmen kategori belanja bisa mencapai angka US$36 (sekitar Rp481 ribu).

Nilai tersebut juga membuat Indonesia menduduki posisi basket size terendah kedua di Asia Tenggara, kalah jauh ketimbang negara maju Singapura yang mencapai US$91 atau sekitar Rp1,3 juta.

Dari sisi pelaku e-commerce, temuan nilai basket size ini bisa menjadi pandangan untuk menentukan kapasitas target pasar, harga produk yang dijual, hingga strategi promosi yang akan mereka gunakan untuk menggaet minat pasar di Indonesia.

Konsumen Indonesia Cenderung Belanja Online di Hari Kerja

Freelancer | Bekerja di Kafe

Bila selama ini ada asumsi bahwa sebagian besar orang Indonesia suka belanja online saat akhir pekan, ternyata  hasil tersebut keliru. Temuan iPrice menyebutkan bahwa konsumen di tanah air justru paling aktif berbelanja online di hari kerja, terutama pada siang hari.

Dari keseluruhan sampel yang mereka teliti, puncak pemesanan barang paling populer adalah pada pukul 10.00 pagi hingga 17.00. Pada periode kuartal ketiga 2016 hingga kuartal kedua 2017, jumlah pesanan pada pukul 11.00 rata-rata lebih tinggi 69 persen dibandingkan jam lainnya. E-commerce pun masih mendapatkan banyak pesanan pada pukul 16.00 yakni saat orang-orang sedang pulang kerja

Yang menarik, iPrice melihat bahwa conversion rate berbelanja online justru terjadi paling tinggi pada hari Rabu, sementara di akhir pekan, conversion rate malah menurun hingga tiga puluh persen.

Mengutip hasil temuan Workarea, di hari Jumat dan Sabtu umumnya konsumen beraktivitas offline. Selanjutnya pada hari Minggu mereka mulai “cuci mata” kembali untuk mencari produk yang kelak akan mereka masukkan ke dalam wishlist.

Hasil riset iPrice tidak jauh berbeda dengan penelitian perilaku belanja online yang dilakukan CNBC di Amerika Serikat. Firma tersebut juga menyatakan bahwa 31,2 persen konsumen online melakukan transaksi di jam kerja. Dengan adanya temuan ini, para pelaku e-commerce dapat memperkirakan kapan momentum flash sale maupun strategi promosi yang tepat bagi konsumen agar bisa berlanjut ke dalam proses transaksi.

Transfer bank masih menjadi metode pembayaran terpopuler

ATM | Screenshot

Sumber: Freepik

Ketimbang Malaysia dan Singapura, rata-rata konsumen Indonesia lebih memilih penggunaan cara konvensional seperti transfer bank.

Meski metode pembayaran yang ditawarkan e-commerce lokal saat ini sudah cukup beragam, namun dari dua ratus lebih e-commerce lokal yang masuk dalam daftar iPrice, 94 persen di antaranya masih menyediakan metode transaksi transfer antar Bank.

Di samping itu, metode cash on delivery (COD) pun juga menjadi pilihan konsumen, terbukti sebanyak 43 persen e-commerce masih menawarkan opsi tersebut.

Wajar bila kita melihat konsumen Indonesia cenderung memilih metode pembayaran yang masih komvensional. Masih banyaknya penduduk yang belum memiliki rekening bank dan rendahnya penetrasi kartu kredit dibanding negara Asia Tenggara lainnya menjadi beberapa penyebabnya.

(Diedit oleh Pradipta Nugrahanto)

This post Tren Perilaku Konsumen Belanja Online Indonesia Tahun 2018 Menurut iPrice appeared first on Tech in Asia.

The post Tren Perilaku Konsumen Belanja Online Indonesia Tahun 2018 Menurut iPrice appeared first on Tech in Asia Indonesia.

Source: Inspirasi

Back To Top