WowBid Hendak Tembus Pasar E-commerce dengan Siaran Lelang Online
Pada 18 Februari 2019 lalu, saya menyaksikan kegiatan shooting video yang mirip dengan siaran acara penawaran belanja produk di televisi. Siaran lelang online, kira-kira kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan situasi tersebut.
Di depan saya tampil sepasang model pria dan wanita aktif berinteraksi kepada para pemirsa, menjajakan produk dengan sistem “tawar menawar digital” secara live untuk audiens pengguna perangkat mobile.
Pemandangan ini sekilas mirip adegan dalam video live streaming jualan produk di Cina yang pernah saya saksikan di YouTube. Hanya saja bedanya, selain menggunakan sistem lelang, kegiatan siaran lelang online ini sama sekali tidak melibatkan platform aplikasi video populer (seperti YouTube, BIGO, dan sebagainya), namun terintegrasi ke dalam aplikasi e-commerce bernama WowBid.
E-commerce dengan pendekatan berbeda
Sektor e-commerce bisa diibaratkan sebagai hutan rimbanya startup, karena memang sudah disesaki kompetisi dan persaingan dari para pemainnya. Situasi ini dianggap sebagai tantangan oleh Rafli Ridwan selaku CEO WowBid. Rafli melihat masih ada celah bagi pemain baru untuk menempati ceruk pasar e-commerce di Indonesia.
Ide tentang WowBid berasal dari pengamatan Rafli terhadap kondisi e-commerce dan tren video vertikal di kalangan pemakai smartphone pada negara berkembang. Dengan pengalaman Rafli sebagai entrepreneur dan investor startup, tidak sulit baginya untuk menggabungkan dua hal ini dan menjadikannya peluang transaksi online jenis baru di Indonesia.
Ketertarikan orang terhadap konten video adalah peluang yang kurang diperhatikan sekian pelaku e-commerce di Indonesia
Tawar-menawar menggunakan sistem lelang dipilih sebagai jalan agar orang aktif mengecek aplikasi WowBid secara kontinu. Dalam sehari, WowBid menjadwalkan sesi live streaming sebanyak tiga kali dengan durasi tayang berbeda-beda, mulai dari hari Senin hingga Jumat.
Lewat acara lelang yang dipandu silih berganti oleh dua orang host, sekilas tayangan ini hampir tidak berbeda dengan tayangan belanja yang bisa kamu temukan di TV. Hanya saja medium, jenis siaran, dan aturan cara membelinya berbeda.
Sebagai “aturan main” dalam kegiatan tawar menawar, sistem WowBid menerapkan token freemium Koin yang bisa didapat secara gratis (lewat sistem referral dan login aplikasi harian) atau pembelian di dalam aplikasi dengan harga Rp300 per Koin.
Guna mengikuti proses lelang, pengguna perlu membayar sejumlah Koin per penawaran lelang. Sistem selanjutnya akan mengurutkan siapa penawar tertinggi secara otomatis dan pemenang akan memperoleh notifikasi di keranjang belanja mereka untuk selanjutnya dilanjutkan ke proses pembayaran.
Apabila pemenang lelang tidak membayar dalam waktu yang ditentukan, maka pelelang di peringkat selanjutnya yang akan mendapatkan kesempatan membeli barang dengan harga penawaran sebelumnya.
Bidik peran marketplace lelang online
Berbeda dengan aktivitas lelang yang umumnya identik dengan kegiatan transaksi penjualan barang bekas, WowBid mengandalkan penawaran barang baru sebagai daya tarik utama agar orang aktif menggunakan aplikasi mereka. Langkah ini diambil guna mengukur seberapa tinggi minat masyarakat terhadap platform e-commerce yang khusus menyiarkan tayangan lelang.
“Ke depannya kami berencana menjadikan WowBid sebagai platform marketplace di mana semua orang bisa berjualan dengan sistem video lelang online yang sama seperti saat ini.”
Model marketplace WowBid diharapkan bisa menjadi cara jualan baru yang lebih personal dan aktif bagi para penjual di masa mendatang. Penjual tidak hanya sekadar menaruh foto dan berharap orang melirik produk mereka di mesin pencarian.
Sebagai platform e-commerce merangkap video yang terlepas dari kanal live streaming populer seperti YouTube, Facebook, BIGO, dan lain-lain, WowBid punya tantangan tersendiri dalam aspek pengembangan infrastruktur teknologi. Untuk mengantisipasi fungsi dan peran platform WowBid yang akan makin besar, Rafli telah menggandeng mantan CTO OLX, Rendra Toro sebagai kepala di balik pengembangan skala teknologi WowBid.
Targetkan ekspansi agresif di Asia Tenggara
WowBid resmi diluncurkan di Indonesia pada 19 Desember 2018 dan mulai dipasarkan secara digital untuk menarik minat para pemakai aplikasi e-commerce di platform mobile.
Dalam perjalanannya di bulan kedua, WowBid mengklaim telah meraih 50.000 pengguna aktif bulanan dengan pengguna terdaftar mencapai 75.000 (dari 144.000 pengunduh) di platform Android saja. Sedangkan untuk pengguna iOS, aplikasi WowBid ditargetkan baru akan meluncur pada awal Maret 2019 mendatang.
Dengan dana operasional yang mereka peroleh dari angel investor serta pencapaian WowBid di bulan kedua, Rafli saat ini tengah berupaya menggalang dana sebesar US$5 juta (sekitar Rp70 miliar) untuk kategori pendanaan Pre-series A ke beberapa VC di Indonesia.
Pendanaan tersebut nantinya akan digunakan untuk memperkuat strategi mereka menuju ranah marketplace di pertengahan 2019, peningkatan skala bisnis, serta kesempatan ekspansi ke sejumlah negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
“Kami ingin WowBid tidak hanya menyediakan satu kanal live streaming utama saja, tetapi beberapa kanal lelang sekaligus sehingga orang bisa browsing apa saja barang yang sedang dilelang secara live hari ini.”
Model siaran lelang online melalui video yang ditawarkan WowBid terbilang belum lumrah dijumpai di Indonesia. Ide ini bisa saja direplikasi oleh pelaku e-commerce lainnya yang mungkin lebih dahulu hadir di Indonesia.
Menanggapi hal ini, Rafli tidak ingin ambil pusing jika ke depannya ada pemain e-commerce yang mulai menggarap celah siaran lelang online. Yang jelas, saat ini WowBid berkesempatan besar untuk menggarap peluang tersebut dan Rafli berniat fokus memberikan pengalaman lelang online terbaik yang belum ditemukan orang lain di Indonesia.
(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)
This post WowBid Hendak Tembus Pasar E-commerce dengan Siaran Lelang Online appeared first on Tech in Asia.
The post WowBid Hendak Tembus Pasar E-commerce dengan Siaran Lelang Online appeared first on Tech in Asia Indonesia.
Source: Inspirasi