skip to Main Content

Pelajar Bidikmisi Bangun Kampung Kelahirannya

Rilis-PIH-UNAIR-Satria-Aji-Pelajar-BidikmisiSurabaya – Belmawa. Akses untuk menduduki kursi pendidikan tinggi merupakan jembatan emas bagi mutiara-mutiara terpendam. Buktinya, melalui program bantuan biaya pendidikan Bidikmisi, seorang Maulana Satria Aji berhasil menunjukkan kontribusinya, tak hanya bagi kampusnya, namun juga bagi kampung halamannya.

Aji, sapaan akrabnya, adalah pemuda berusia 20 tahun ini merupakan salah satu penerima bantuan pendidikan Bidikmisi di Universitas Airlangga (UNAIR) jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan masyarakat (FKM). Meskipun sempat terbesit untuk tidak melanjutkan kuliah demi meringankan beban orangtuanya, ia tidak menyerah untuk mengejar mimpinya. Ia mulai mencari informasi terkait Bidikmisi. Inilah titik ia mulai merangkai mimpi untuk berkuliah di FKM UNAIR. Dan juga, memperbaiki wajah tanah kelahirannya.

Kampungnya di Kelurahan Sidotopo, Surabaya, terkenal dengan berbagai tindak kriminal. Banyak teman-teman sebayanya yang terbiasa minum minuman beralkohol, bahkan terbiasa dengan obat-obatan terlarang. Kondisi tersebut yang menggerakkan hatinya untuk berusaha mengubah kampungnya. Langkah demi langkah ditapaki, ia bersama keenam temannya mengajak para ‘pentolan’ geng pengguna narkoba untuk berdiskusi. Tidak mudah membuat orang berubah. Caci maki sudah biasa ia terima dari orang-orang sekitar.

Tidak berhenti sampai disitu, Aji mengajak mereka untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Jawa Timur serta Badan Narkoba dan Narkotika. Setelah dikarantina selama dua minggu, mereka berubah drastis. Layaknya efek domino, dampak baik itu menyebar ke orang-orang sekitar.

Pusat informasi dan konseling mulai dibentuk pada tahun 2016 sebagai wadah untuk berbagi permasalahan dan segala penyelesaiannya. Di tahun yang sama, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meresmikan kampungnya sebagai Kampung Keluarga Berencana (KB). Perannya membangun pemuda-pemudi di kelurahan setempat mendapat apresiasi.

“Perasaan saya ketika didatangi Bu Risma sungguh sangat senang sekali. Bahkan, ada orang dari Blitar sampai menitikkan air mata melihat perjuangan kami mengubah kampung ini. Bagaimana kami rela mengajarkan dan menuntun tanpa mengharap balas jasa.” jelasnya.

Program Mengajar dan Kampung Literasi

Di samping membangun kampungnya, Aji beberapa kali menjadi delegasi konferensi, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Aji berkesempatan untuk bertemu orang-orang hebat di negeri ini dan saling bertukar pikiran tentang bangsa ini, semakin memperkaya pemikirannya yang sangat suka menulis. Keyakinannya dalam membangun negeri melalui komunitas pun diwujudkan dalam Komunitas Pelajar Mengajar Surabaya (KPMS).

Komunitas tersebut berhasil mendapatkan penghargaan komunitas terbaik dari AIESEC. Sebagai ketua dari komunitas, ia menggagas program mengajar di Kampung Sidotopo tanpa dipungut biaya. Mereka hanya perlu ‘membayar’ dengan sampah yang kemudian dipilah untuk kerajinan. Selain di Sidotopo, KPMS juga hadir di Nginden, Tambak Wedi, dan Kampung Nelayan Sukolilo.

Ke depannya, ia ingin membentuk kampung literasi yang saat ini sedang dirancang. Akan ada perpustakaan dan pembuatan mural. Tujuannya, untuk menumbuhkan kegemaran membaca pada seluruh tingkatan usia. Mulai dari anak-anak hingga orang tua. Dedikasinya untuk ikut serta dalam upaya pembangunan patut diberi tepuk tangan, dan kisahnya patut menjadi inspirasi bagi mahasiswa-mahasiswa lainnya, bahwa dengan menuntut ilmu setinggi-tingginya generasi muda juga mampu berjasa. (DRT/Editor/HKLI)

Source: Belmawa Ristek

Back To Top